Sunday, July 03, 2005

so wat gituloh?

Terima kasih banyak atas perhatiannya. Alhamdullilah, menurut teman gw wartawan Kompas, oplah SINDO udah mengungguli Wartakota dan Indopos. Semoga semakin kuat kita ditekan, semakin kuat pula kita melawan. So, wish us luck fellas.

Ehm, soal tulisan ini, subyektif bang-geet gitchu looh!!!! lagi, mediacare itu organisasi apaan sih? gak jelas ah.

Dan menurut gw sih gak sampe segitunya bo’, sebenernya gatel pengin nge-reply, tapi kok males banget. Gak ada gunanya ini, so what gitchuu loooh????


Peluncuran perdana SEPUTAR INDONESIA hancur berantakan

"Banyak orang dari biro iklan jatuh sakit gara-gara hadir di acara
peluncuran
perdana harian SEPUTAR INDONESIA!" Itulah sindiran yang menyeruak di
kalangan praktisi periklanan usai menghadiri peluncuran perdana SINDO.
Sindiran lain: "SEPUTAR INDONESIA memang three in one: 1. nggak dapat
makan 2. mau masuk harus antri lama 3. mau pipis aja susah." Sebagai
catatan, 'tiga dalam satu' adalah segmentasi rubrikasi di koran itu
yang dibagi tiga: news, lifestyle, sports.

SBY boleh saja hadir pada acara peluncuran perdana harian SEPUTAR
INDONESIA (SINDO)
pada Rabu malam, 29 Juni 2005 lalu. Namun bukan berarti acara jadi lebih
berbobot. Alih-alih ingin menyaingi KOMPAS yang menggelar Megalitikum
Kuantum di malam yang sama, acara yang menandai kelahiran SINDO itu
malah hancur berantakan. Itu penilaian para tamu dari biro-biro iklan
yang hadir di Balai Sarbini.

Pertama:
Agaknya panitia tak siap dengan besarnya risiko mengundang RI-1. Mungkin
mereka
berpikir bahwa pernak-pernik menghadirkan SBY masih sama seperti saat
mereka sukses 'menongolkan' SBY di final Indonesian Idol lalu. Bahkan
kala itu SBY sempat didaulat untuk menyanyikan sebuah lagu kesukaannya.
Namun
patut diingat, dulu SBY belum jadi presiden. Dari segi aturan dan
pengamanannya kini jelas berbeda jauh - lebih bikin puyeng dan bikin
kepala pusing tujuh keliling. Namun sebetulnya
hal itu bisa diantisipasi sebelumnya, asal panitia dan EO-nya tanggap
dan bisa mengidentifikasi siapa saja tamu yang diundang plus tahu benar
makna sebuah acara 'launching'. Walau bagaimanapun, pihak biro iklan
adalah salah satu penentu hidup matinya
SINDO. Apa jadinya kalau mereka dikecewakan? Ingat lho, acara peluncuran
koran bukanlah
ajang final Indonesian Idol. Jadi jangan bangga dulu bisa mengundang
RI-1, namun tamu lainnya ditelantarkan.

Kedua:
Sudah lazim diterapkan dimana-mana (etika tak tertulis), bahwa acara
bertajuk 'launching'
selalu disediakan hidangan, entah itu sekadar coffee break, high tea,
ataupun buffet dinner. Minimal - kalau tega - dibagikan cemilan (snacks)
dan minuman ringan dalam satu kemasan. Gebyar pertunjukan di panggung
nan mewah tak ada artinya kalau perut tamu keroncongan. Malah rasanya
lebih nyaman nonton di teve, bisa sambil minum dan makan kacang goreng
sepuasnya. Ingat, mereka itu tamu undangan bukan penonton pertunjukan,
musti dibedakan.

Ketiga:
Walau ada tamu VVIP, siapa pun dia, para undangan biasa yang mau ke toilet
tidak boleh
dilarang. Aneh juga kalau panitia sampai melarang mereka untuk buang
hajat - baik
kecil ataupun besar.

Keempat:
Meminta pindah tamu yang sudah duduk rapi adalah amat memalukan. Berarti
ada kesalahan dari segi pengelolaan tamu (resepsionis). Beda dengan Studio
21 yang
kursinya diberi nomor sesuai yang tercantum di tiket, kalau ada yang
bandel
duduk di kursi milik penonton lain pasti diusir. Secara psikologis,
apabila diminta pindah tempat duduk, mereka menganggap dinomor
duakan dan merasa 'diusir' - kecuali kalau diminta pindah dari barisan
belakang ke depan. Berarti fungsi usher dan 'among tamu' tak
berjalan sebagaimana mustinya pada acara itu.
Salam,


Tim pemantau Mediacare

No comments: