Thursday, December 29, 2005

tahun baru

tahun baru kemana?

lagi-lagi pertanyaan itu. bukannya gw antipati terhadap tahun baru, tapi kok rasanya gak ada sekalipun hasrat untuk merayakan malam pergantian tahun itu dengan bersenang-senang.

sampai detik ini pun. gw gak ada rencana mo kemana.

mo dugem, ah, males. banyak bom. mo pacaran, ah gak punya pacar ini. hmm,rasanya tahun baruan paling berkesan terakhir kali ya tahun 2003. ketika gw menghabiskan malam dengan dinner bareng mantan gw.

tahun kemarin, bah, gak ada kesan2 sedikitpun. klo gak salah gw waktu itu pengin banget dugem. tapi raka, my partner in crime (was), memilih membeli miras, dan mabuk di kamar kostnya bareng beberapa anak ip.

yah, karena itu, tahun ini gw gak ada ekspektasi apa-apa. lagipula, saat ini gw mengalami sindrom suntuk berkepanjangan. kenapa ya hidup begitu sulit? *halah.

seperti kata Sartre, "Everything has been figured out, except how to live."

Tuesday, December 13, 2005

$

Bagus. Dari dulu-dulu gw berharap kurs dollar terhadap rupiah turun. Logikanya, harga-harga ikutan turun. tapi ternyata? USD turun, harga malah naik. WTF?

minggu lalu, gw dapet telpon dari orang dealer Honda. Katanya, harga Supra X 125 CW yg gw pesen naik dari 14.3 jt jadi 15 jt! kalau ditambah asuransi, ya tinggal kali 3 persen dari harga itu. mana barang masih inden lagi. it sucks!

oke-oke. memang harga motor gak ada hubungannya sama USD. tapi, hari ini gw lihat harga ibook di Bhinneka, toko online yang menurut gw harganya lumayan "bersaing". sekitar dua hari lalu, harga ibook M9846SA/A cuma $999. eh, sekarang naik menjadi $1,037. Dulu sempat 9.8 juta. sekarang balik lagi jadi 10.2 juta.

jadi, turunnya USD sama sekali nggak ada dampaknya. gw jadi sebel sama penjual yang seenaknya menaik turunkan harga. kurang ajar banget gak sih?

masalah ini sudah gw tanyakan lewat YM! ke pemilik situs www.buyitsave.com. jawaban yang gw dapat kurang memuaskan. katanya, "duh bos, ini permintaan dari distributor. kita sih cuma ngejalanin aja,". hmm. yeah right!

Thursday, December 08, 2005

Mainan Baru





gw dapet mainan baru. Motorola ROKR. Ini dummy untuk direview Freddy, penulis rubrik tekno di koran gw. Tapi sebelum direview, gw "curi" duluan. hahaha. Tapi, doi rela-rela aja. Katanya sih, butuh 2nd opinion.

Ternyata, ROKR adalah versi terbaru dari Motorola E398. Bisa dibilang, ini versi "i"-nya. Fitur dan menunya overall hampir sama. Yang membedakan adalah I-tunes sebagai music player, menggantikan Moto-Mix. (Ini hasil perbandingan tadi malam dengan E398 punya anak kos). To be honest, melihat i-tunes dalam handphone ternyata sangat cool. Membuat gw berpikir lagi untuk membeli Nano. hiks.

Bukan saja karena warna ROKR yang silver (senada dengan warna i-tunes, Mac-banget), tapi lewat i-tunes kita bisa iseng-iseng untuk mengatur playlist, melihat lagu berdasarkan nama artis, album, atau judul lagu. Saat sedang Playing pun, terpampang ketiganya.

Misalnya, ketika gw memain lagu Bare Witness, diambil dari lagu album Alone With the Alone Milik grup metal-hardcore Time In Malta. Baik judul, album, dan penyanyinya terlihat semua. Simple sih, tapi terlihat menyenangkan.

Sayangnya, memori eksternal yg gw ada cuma 256 MB (upgradable, tapi kelihatannya menggunakan memori khusus yang lebih mahal dari MMC milik Nokia 7610. Jadi, kapasitasnya menyimpan lagu nggak sampai 100 biji.

Faktor unggul lainnya adalah speaker phone yang jernih dan "nge-bass". Mungkin terbaik di kelas handphone model candy bar. Bila E398 barunya sekitar 1.6 juta, ROKR dijual sekitar...euh, brapa ya? gw jadi lupa.

Eniwei, setelah sehari memakai, gw menemukan beberapa kelemahan :
1. Tidak ada tulisan "ROKR" di casing, which i think it will be cool. Nama dibawah body tetap, Motorolla. Ini yg ngebuat gw berdebat dengan temen kos yang nggak percaya kalo nih handphone namanya ROKR.
2. Transfer lagu via i-tunes sangat-sangat lamaaa. ini gw bandingkan dengan iPod Shuffle gw. Transfer rate-nya nyari dua kali lebih lama dari iPod. Meski sepele, tapi cukup annoying. Sebab, membuat mood gonta-ganti lagu jadi hilang. Gw sendiri nggak tahu apakah ini disebabkan karena USB, atau memang kualitas memorinya.

Sementara baru ini aja sih. Nanti kalau sudah menemukan kelemahan dan kelebihan lainnya bakal gw posting lagi. Cuma, kata anak kosan gw, harga Motorola cepet banget turunnya. Jadi ya sebaiknya hati-hati saja sebelum memutuskan untuk membeli handphone ini.

On the other hand. Gw lagi nunggu motor yang gak dateng-dateng. Gw udah inden Supra X 125 CW, menggantikan Belalang Tempur,--GL Pro 1996 yang hampir 10 tahun menemani gw--. Katanya sih Astra Honda Motor , selaku produsen memang nggak menyediakan barang ready. Jadi, setelah ada pesanan, baru didatangkan dari..euh, China atau Thailand kalo gak salah. Jadi assemblingnya nggak dilakukan disini.

Wah, kaya banget gw beli motor yak? well, sebenarnya ini bukan duit gw, tapi dibeliin nyokap. Gw cuma nambahin dikit, plus biaya asuransi. hehehe. Daripada beli motor, gw lebih milih beli iBook G4 M9846SA/A idaman. Yippee, diangkatnya Boediono sebagai Menko Perekonomian menggantikan Ical sukses bikin dollar merosot jadi Rp. 9.985. Moga-moga bisa terus begini nih. Amin.

Tuesday, November 29, 2005

Single Shopper



No alcohols for today? WTF?



Awal bulan adalah waktu yang terindah. Tentu karena kita mendapatkan paycheck a.k.a jerih payah selama empat minggu berturut-turut. Kemarin sengaja gw dateng lebih pagi ke kantor dan menyelesaikan kerjaan secepat mungkin.

Ya setelah sebulan penuh dikejar-kejar deadline, tibalah saatnya untuk memanjakan diri. Caranya? Right on, belanja! Mengisi kulkas gw yang hampir 10 hari ini kosong. Jam 3 sore naskah sudah disetor. Dan sebelum meluncur ke Carrefour Permata Hijau, terlebih dulu gw mampir ke Pasar Festival, Kuningan.

Disitu ada toko yang menjual majalah impor “lungsuran” dari Kinokuniya dengan harga jauh lebih murah. Bisa separuh, bahkan seperempat harga aslinya. Ya tentu bukan majalah gress. Tapi cukup update kok. Misal sekarang bulan November, edisi Oktober biasanya sudah tersedia.

Ada berbagai kategori. Mulai dari home, desain, art, musik, game, hingga fashion. Dari Rolling Stone, The Source, Premiere, Blender, sampai People ada. Sayangnya gw nggak menemukan dua majalah yang gw cari, Popular Mechanics dan Mens Noh No. Akhirnya pilihan jatuh ke Time, GQ, Empire, Soap, dan Q. Total gw “cuma” merogoh $10.

Secara gw yang masih bujangan dan single (shit!), otomatis duit gaji hanya untuk kepentingan gw sendiri. Ya ini mungkin salah satu (atau satu-satunya?) keuntungan menjadi single. Well eniwei, semua daftar belanjaan sudah ditulis rapi di notes kecil. Ya, belakangan ini gw mencoba mensistemisasi waktu gw sebaik mungkin dengan cara mencatatnya di sebuah note. Jam 9 ngapain, jam 11 ngapain. Supaya lebih efektif saja.

Gw sengaja memilih barang-barang yang memang nggak ada di Indo atau Alfamart. Misalnya Nescafe sachet, La Fonte, jus, strawberry, sayur, dst. Secara gw pulang naik motor, jadinya nggak bisa bawa barang terlalu banyak.

Belanja sendirian itu punya sensasi menakjubkan. Well, its kinda hard to explain. Its like you can control u’r self, u know. Merasa jadi orang gitu. Hidup sendiri, masak sendiri, blanja sendiri, bayar sendiri. I’m 23, dan cukup bangga bisa merasakannya diumur segitu. Hahaha. Norak ga sih.

Ya tapi blanja sendiri tak selamanya juga menyenangkan. Tadi gw sempat teringat lagi waktu pacaran dulu. You know, kita belanja bareng malem-malem di supermarket 24 jam. Trus kerumahnya. And gw masakin dia sesuatu, terus dimakan sama-sama. Meski masakan gw rasanya ga karuan, tapi karena masaknya dengan penuh perasaan jadinya tetep aja kerasa enak. Hahaha. Sometimes, rasanya pengin kembali ke masa-masa itu. *sigh.

Oke, cukup mengasihani diri sendiri. Eniwei, rencana belanja selektif tinggalah rencana. Gw kalap, dan membeli barang-barang yang ga penting. Gila aja, setelah ditotal jumlahnya nyaris $25. Itu belum seberapa. Yang bikin pusing ketika harus ngebawa tuh belanjaan pulang. Bayangin, ada 6 plastik gede. Buset dah. Untungnya, dengan sedikit ketrampilan tuh plastik gw tekuk2 jadi dua bungkus.


ps : as for 40 years old virgin, bah, bad movie, bad script, bad sex joke. very not recommended.

Friday, November 25, 2005

Jeng Iskan


Wanna Play?




Bagaimana karakter kamu dibalik pakaian itu?
Sungguh 360 derajat beda. Saya adalah sosok yang sangat tidak tahan untuk ketawa.

Lalu, bagaimana bisa seperti saat ini, dingin dan kejam. Jangankan ketawa, senyum sedikit pun tidak?
Nggak tahu ya. Seolah itu menempel begitu saja. Ketika saya mengenakan topeng dan kostum, sosok Jeng Iskan langsung menjelma dalam diri saya.

Diluar topeng, profesi apa yang kamu kerjakan?
Secara detil saya tidak bisa memberi tahu. Yang jelas saya adalah seorang model, iklan, dan juga main dalam produksi sinetron.

Ada nggak kepuasan yang didapat selama berada di kostum ini?
Banyak. Ada kepuasan batin. Saya bisa melepaskan emosi dan unek-unek. Dalam kehidupan nyata, saya nggak bisa teriak-teriak atau memerintah orang sesukanya. Tidak ada yang bisa menganggu kekuasan Jeng Iskan saat bertugas.

Trus bagaimana cara menghadapi bintang tamu?
Saya selalu mempelajari kelebihan dan kekurangan mereka, dan mencari titik lemahnya. Misalnya apa dia latah atau mudah emosi.

Bagaimana saat tamu punya kemampuan memainkan situasi?
Saya harus lebih baik dari dia. Misalnya dia bilang ”kamu cantik sekali, seksi sesuai dengan selera saya”. Saya harus tetap mengendalikan emosi dan menguasai keadaan. Saya akan menjawab, ”saya tahu saya memang cantik dan saya juga seksi, tapi maaf saya tidak tertarik dengan anda. Anda bukan selera saya”

Sampai kapan anda akan terus berperan menjadi karakter ini ?
Selama saya mengenakan kostum ini, identitas saya adalah Jeng Iskan, dan tidak ada yang lain.

interview by Juni

Monday, November 14, 2005

King Kong



Kemarin lihat trailernya film terbaru Peter Jackson ini di TV7. It was great. Karena remake, ceritanya persis versi aslinya (dirilis tahun 1933), dengan sedikit twist (pertarungan King Kong dengan T-Rex yang paling gw tunggu).

King Kong disebut-sebut sebagai film berbiaya termahal, mencapai lebih dari $200 juta atau sekitar Rp 2 triliun. Mungkin “orang gila” yang nekad bikin film dengan biaya superbesar itu Cuma Jackson.

Dan sekali lagi, Jackson membuat durasinya superpanjang (mencapai tiga jam), seperti trilogy Lord of the Rings. Ini bakal menjadi film yang paling ditunggu setelah film Harry Potter And the Goblet of Fire.

King Kong mulai tayang diseluruh dunia pada pada 14 Desember nanti. Diperkuat dengan bintang-bintang besar : pentolan Tenacious D, Jack Black. Pemenang aktor terbaik Oscar Adrien Brody (The Pianis), dan Naomi Watts.

Konon si Gollum Andy Serkis juga berperan secara tidak langsung. Kali ini ia tidak mengisi suara. Melainkan gerakan-gerakan sang gorilla. Dalam istilah animasi, istilah ini disebut Mocap (Motion capture).

Sayangnya, versi game PS2-nya sangat lame. Gw nggak jadi beli setelah mencoba di toko PS langganan. Grafisnya lumayan, tapi gamenya 1st person yang gak gw suka. Lagipula, memainkan gamenya sama saja jadi spoiler kan? so, pilihan jatuh ke Soul Calibur 3 yang sangat keren dan Resident Evil 4.



Naomi Watts kelihatan sexy disini



Kongs v Rex, pertempuran yang paling ditunggu

How Apple Does It




How Apple Does It, begitulah judul utama majalah Time edisi Oktober. Kovernya menampilkan CEO Apple Computer Steve Jobs memegang iPod Video, dengan sebuah iMac bertuliskan What’s Next dibawahnya.

Cover story Time bulan lalu memang menyoroti Apple sebagai perusahaan paling inovatif, dengan strategi yang disebut “menyalahi” pasar. Sebuah artikel yang sangat bagus dan catchy. Membuat kita --terutama gw sebagai wannabe-fans Apple-- tersenyum simpul.

Kalau dicermati, Apple memang perusahaan yang “ganjil”. Bila perusahaan high-tech berfokus pada satu atau dua sektor saja, Apple nyaris membabat semuanya. Ia membuat hardwarenya sendiri (iBook dan iMac).

Kemudian ada sistem operasi (Mac OS X) dan software yang hanya bisa digunakan secara esklusif oleh sistem operasi itu (iTunes, iMovie). Belum cukup? Masih ada gadget yang terhubung secara tidak langsung dengan Mac (iPod), serta fasilitas online untuk mendownload lagu (iTunes Music Store). Luar biasa bukan?

Langkah ini kebalikan dengan yang dilakukan Bill Gates dengan Microsoft-nya. Gates lebih memfokuskan diri dengan sistem operasi, dan tidak mengkuatirkan masalah hardwarenya. Windows bebas digunakan siapapun yang mampu membeli lisensinya.

Yang bikin gw heran lagi, seorang Steve Jobs –salah satu inovator teknologi terhebat saat ini- bukanlah seorang engineer ataupun programmer. Bahkan, ia tak memiliki gelar kesarjanaan (dia drop out dari kampus setelah satu semester). Kunci suksesnya adalah memiliki kepekaan terhadap desain, berani, serta memperkerjakan orang-orang jenius. Well, selebihnya kalian baca sendiri ya. Heuheuhue.

Sunday, November 13, 2005

Julie Estelle



A greatest gift a man can have

Luar biasa cantik, sangat lovable, dengan senyum yang bikin luluh hati cowok. Extremely funny. Friendly, walau sedikit spoil, dengan jiwa adventure tinggi. A Johny Depp fans, Sushi Rolls and French food-die hard, prefers romantic-drama than horror, Alternatif-rock favourite, dengan logat Prancis-Inggris yang sexy. Meet Julie Estelle.


Kalau gini mirip banget sama Rachel Leigh Cook ya. Check out MY GALLERY buat ngeliat gambar2 Julie lainnya. :D

State of Mind

Gw merasa beruntung datang ke Jakarta, dan memiliki blog ini. Gw merasa menemukan dunia baru. Sebuah media yang mampu membuka isi kepala gw. Gw dapat menulis, bercerita dengan bebas.

Toh, gw buat blog ini bukan untuk orang lain, tapi murni buat gw sendiri. Sebagai arsip, untuk mengetahui tiap langkah dan perkembangan diri gw. Kalau pun ada yang baca, ya itu berarti mereka iseng dan kurang kerjaan. Hihihi. Kadang kalau ngelihat hit counter-nya, gw sampai heran, kok masih ada aja yang sih buka-buka blog ini. Jadi, emang iseng atau kurang kerjaan sih? Hehehe.

Gw baru menyadari, kalau di Jakarta ini ternyata begitu banyak orang-orang ”gila”, dalam arti kata positif, tentunya. Mereka-mereka yang tak hanya punya bakat, tapi juga ketekunan tinggi, kecerdasan, serta passion yang luar biasa besar terhadap apa yang mereka kerjakan.

Karena itu jangan heran ketika suatu saat kita membaca si A, misalnya, menghasilkan karya film layar lebar. Dan di waktu lain, ternyata si A juga dapat menulis novel yang ciamik. Disini, orang-orang dengan stereotype A itu tak hanya satu-dua. Tapi ratusan, bahkan ribuan. Luar biasa.

Ini membuat gw berpikir, betapa mudah dan cepatnya gw berpuas serta melimitasi keahlian gw dalam satu bidang saja. Padahal, begitu banyak hal yang ingin sekali gw kerjakan. Begitu banyak ilmu yang bisa diserap. Sumpah, kalau ngerasain ini, gw merasa begitu banyak waktu yang gw buang percuma.

Karena itu, jelang tahun 2006 ini gw sudah menyiapkan beberapa resolusi-yang semoga saja bisa gw capai-. Kenapa harus resolusi? Tipikal orang kan bermacam-macam. Ada yang go with the flow, ada juga yang terus menargetkan sesuatu untuk dicapai.

Sementara gw, adalah tipe pemalas. Kalau gw memilih yang pertama, gw nggak akan berkembang. Dengan adanya resolusi, berarti ada target yang harus dicapai. Berarti ada motivasi dan passion disana. Kedua hal itu membuat gw harus belajar lagi tentang berbagai hal yang benar-benar baru.

Dulu, gw berpikir untuk bisa memulai sesuatu itu sangat sulit. Gw selalu berkelit, orang-orang yang profesional dalam bidangnya, itu karena mereka sudah berada disana selama bertahun-tahun.

Ya, itu tak sepenuhnya salah. Tapi yang terpenting adalah, ada kemauan untuk belajar. Yang gw pelajari, gift atau bakat hanya mempermudah. Selebihnya tergantung dari individu masing-masing, serta permudahan jalan dari Tuhan.

Buktinya, ada seseorang yang benar-benar awam dalam hal tulis-menulis. Tapi karena kegigihan, ketekunan, passion, serta keberuntungan, tentu, dalam waktu setahun sudah menghasilkan karya novel.

Mike Wiluwan, director studio animasi Infinate Frameworks di Singapore, pernah berkata, ”Cuma passion yang dapat membuat seseorang mampu melakukan pekerjaan berat, dibawah tekanan seberat apapun, dan dengan deadline yang begitu dekat,”.

Nah, sementara gw, sudah lebih dari tiga tahun berkecimpung dalam dunia tulis-menulis. Dan yang bisa gw hasilkan Cuma post-post nggak penting, diblog nggak penting ini. Gw bertekad, akan terus mengeksplorasi dan memacu diri gw semaksimal mungkin, going to the next level--semoga saja ini tidak angin-anginan--. Prinsipnya simple saja, sebenarnya. No pain no gain, man!

Oke. Balik ke resolusi tadi. Terus, apa saja resolusi gw? Banyak. Tapi rasanya nggak perlu gw beber disini. *halah siapa juga yang pengin tahu? Hehehe.

Tapi gw cukup gembira, karena jelang pergantian tahun ini, 2 dari 3 resolusi gw sudah tercapai. Yang pertama pindah dan menetap di Jakarta. Dan yang kedua mendapat pekerjaan yang “lebih” dari kerjaan lama gw. Lalu, apa yang belum tercapai? Rasanya semuanya sudah tahu, yak benar sodara-sodara, punya cewek. Huehue. Ya semoga saja, tahun depan resolusi ini bisa tercapai. Euh, but lets save the best for last. Okay.

Yang terpenting, semoga saja tahun depan gw bisa lebih positif. Lebih kurus (jeezz, my tummy is getting big and bigger), lebih rajin sholat, dan menghindari perbuatan tidak berpahala. Euh, minum, cimeng, dan bokep mungkin tidak dihilangkan, hanya dikurangi. Hihihi.

Oh ya, udah nggak sabar untuk melihat Jiffest bulan Desember depan. Gw berjanji akan menyelesaikan kerjaan secepat mungkin, supaya bisa puas nontonnya.

I Taw I Taw A Putitat

Enihoo, ada penghuni baru di kos gw. Bukan, bukan cewek cakep. Tapi kucing. Kucing? Yep, gw sendiri nggak tau gimana tuh kucing nyasar ke kos. Yang jelas, dia menemukan tempat tidur supernyaman dan hangat. Yakni di sebuah helem standar yang nggak dipakai. Huhuhu.

Awalnya, gw beri nama kucing itu David (ini sempat diprotes Estu, karena merasa namanya kalah keren). Setelah beberapa hari gw baru ngeh, Heiii…how do I know it’s a she or he? So I ask my friend, Susi, whom a cat-a-holic. She came out with a simple answer. “Just look at the balls. If it has one, it’s he. And if not, so it’s a she”.

Iya-ya. Bener juga. Jadi tadi pagi gw pun melihat titit si kucing. Eit, jangan anggap gw asusila ya. Ini untuk kepentingan bersama, *halah. Hasilnya? It has no balls! Kesimpulannya, kucing itu cewek! Awalnya gw ingin menamainya Julie, cieh, mentang-mentang barusan wawancara adiknya Cathy Sharon. Tapi, si Estu memilih nama Davina. Yah, Davina is good.

So, Davina ini lucu banget. Sama seperti kucing lainnya, dia punya dua hasrat utama : tidur dan makan. Dia bisa langsung bangun dari tidur, kalo mencium ada orang masak ato bawa makanan (hmm..ini gw banget). Dan kalau dia laper, dia berusaha menarik perhatian gw dengan menggosok-gosokan kepala dan punggungnya ke kaki gw, dan mengeong-ngeong. Sumpah, ini lucu banget.

Kalo lagi nggak ada kerjaan, doi lebih suka masuk ke helem buat tidur. Doi juga suka banget kalo kepalanya di elus-elus. She will make sound like, “rrrrr….rrrrrrr”. hihi. Dan, dia ini paling suka buat kejutan.

Kayak tadi pagi, gw cari-cari di tempat tidurnya nggak ada. Pas gw masak mie, eh, tiba-tiba kaki gw geli2. Gw langsung freak out. Karena gw pikir ada ulet bulu raksasa di kaki gw. Ternyata, si puss. Huehueue. So, akhirnya kita makan mie bersama. Nyam-nyam.

Ini gayanya dia habis makan mie :


Oleh-Oleh Lebaran

Setelah mudik selama hampir seminggu (ya, seperti koran umum lainnya, jatah libur lebaran Cuma dua hari. Tapi gw “membolos” dua hari, he-he-he) akhirnya gw kembali ke Jakarta.

Kembali ke rutinitas yang sama sebenarnya tak ada salahnya. Apalagi, jalanan Jakarta paska lebaran nggak terlalu macet. Lancar, seperti Surabaya. Hanya saja, rasanya libur selama hampir seminggu itu masih terasa kurang.

Waktu yang supersingkat di Surabaya itu rasanya begitu berharga tiap detiknya. Gw paling suka nyetir sendirian, muter-muter gak jelas, sambil dengerin CD kenceng-kenceng.

Dari muter-muter itu, gw baru sadar, sepeninggal gw (halah) begitu banyak pembangunan ya. Banyak perumahan-perumahan baru, dan malls! Salah satunya Royal Park di dekat rumah gw di Ketintang. Mall ini ada bioskop 21-nya lho. Hohoho. Asyik banget. Kalau mo nonton, tinggal koprol juga nyampek. Huh. Doing so, makes a little part of me didn’t want to go back to Jakarta. Begitu banyak memori indah, yang sulit ditinggalkan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, dari Surabaya, gw sekeluarga berkumpul di Malang. Dulunya di Batu, ke tempat ortu nyokap. Berhubung Yangkung sudah meninggal, maka pusat kegiatan dialihkan ke Malang.

Bagi gw, lebaran selalu menyenangkan. Tentu saja, gw bisa berkumpul bareng keluarga, keponakan, dan sepupu. Adik-adik sepupu gw yang paling dekat, ada tiga. Erik dan Cha-cha, anak om Ajik, adik nyokap. Sementara Aa dan Adit, anak Tante Mimin, adik nyokap juga yg lebih muda. Nyokap gw yang paling tua di keluarga.

Gw suka senyum-senyum sendiri ngelihat adik-adik gw. Nggak kerasa, sekarang sudah gede-gede. Bahkan, tingginya sudah melampaui kakaknya yang ganteng ini. Hehehe. Ohya, mereka ini punya karakternya sendiri-sendiri yang beda satu sama lain.

Erik, tipikal cowok tajir, suka bergaul, dan dugem. Ya, bisa disebut AGS (Anak Gaul Surabaya) lah. Hehehe. Ini didukung juga sama penampilannya. Selain pinter dandan, ia juga ganteng-tinggi-putih. Pemain basket pula. Kerjaannya gonta-ganti cewek melulu. Dan hampir selalu cakep. Dari model, sampai Ning Surabaya. Shit. Bisa aja nih anak.

Adit, adalah music freaks. Hampir tiap menit doi harus mendengarkan musik. Termasuk senang mengoleksi CD-CD orisinil band Skoinkcore (ska-oi-punk-melodic-hardcore). Koleksinya lumayan juga. Dari Bad Religion, No Use For A Name, Thrice, Keepsake, band-band Jepang macam Do As Infinity dan Asian Kung-Fu Generation lengkap.

Pengetahuan musiknya cukup akurat, dan selalu membuat gw bengong, saat ia menyebut dengan hapal nama-nama personel, lagu, serta lirik band yang nyaris tak pernah gw dengar sebelumnya.

Adiknya, Aa satu angkatan dengan Erik. Kalau Erik kuliah di Ekonomi Unair, Aa lebih memilih jurusan seni untuk kuliahnya. Jurusan, yang mungkin paling tidak diinginkan oleh orang tua kebanyakan. Mereka biasanya prefer anaknya berkuliah di jurusan “normal” seperti Hukum, Ekonomi, Psikologi, Teknik, dst.

Itu yang membuat gw kagum dengan Aa, juga orang tuanya yang begitu demokratis, membebaskan sang anak berkembang sesuai dengan keinginannya. Oh ya, si BMX-er ini kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) di Yogyakarta mengambil jurusan Fotografi.

Hmm, apa secara tidak langsung gw jadi role model buat dia ya? Wekeke. Eh, tapi bisa jadi lho. Konon keluarga gw sebagai yang tertua ini memberikan teladan yang baik *halah. Kakak gw, adalah cewek yang hidupnya lurus-lurus saja. Dari SD sampai SMA, hampir selalu ranking 1. Yah, paling nggak masuk tiga besar lah.

Doi sangat ambisius dan tekun. Terutama soal belajar. Terus terang, gw kagum banget dengan semangatnya. Kalau hasilnya memuaskan, semata karena kerja kerasnya. Doi lulus cumlaude di Teknik Industri ITS, dan sekarang kerja di bagian Asembling di AHM (Astra-Honda Motor), Jakarta. Doi tinggal bareng suaminya, yang kerja di Toyota-Astra Motor.

Gw, punya sifat kebalikan dengan kakak gw. Pemalas. Waktu SMA, paling sering berantem sama bonyok. Dari bolos, ketahuan nyimeng, dugem tiap minggu, sampai minggat dari rumah. Ya, standar kenakalan cowok lah.

Tapi, untungnya gw masih bisa memperingan biaya sekolah dengan selalu masuk negeri. Dari SD, sampai kuliah. Karena itu, bonyok lega banget ketika gw wisuda. Mereka merasa sebagian tanggung jawabnya kepada anak telah selesai. Dan sekarang, mereka sudah menganggap gw sebagai sosok manusia yang “seharusnya” bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Oke, balik ke lebaran. Tahun ini ada tambahan “keluarga baru”. Dia adalah Hery, suami kakak gw yang sekarang hamil dua bulan. Karena udah kawin, otomatis mereka berdua harus membagi waktu mudik. Jelas, supaya keluarga dari dua belah pihak kebagian. Hari pertama lebaran, dihabiskan bareng keluarga gw. Di hari keduanya mereka langsung meluncur ke Blitar. Kebetulan keluarga besar Hery tahun ini menggelar pertemuan.

Hal ini ngebuat gw berpikir, kalo nantinya gw kawin sama cewe Jakarta ato Bandung (ngarep!), gimana mudiknya ya. Pasti ribet banget kalo harus pulang-pergi Surabaya-Jakarta/Bandung. So, in that case kampung halaman calon istri gw nanti harusnya nggak jauh-jauh dari Surabaya kali ya?

Btw, omong-omong tentang rutinitas. Baru dua hari ngantor, orang sekantor dapet “kejutan”. Bukan, gaji kita nggak naik kok. Melainkan ada cewek yang kesurupan! Buset!. Seumur-umur baru kali ini gw ngelihat orang kesurupan. Dan sumpah sodara-sodara, serem banget!

Kesurupannya nggak terjadi di ruang redaksi. Tapi di ruang Markom yang konon katanya emang angker. Dan si jin-entah jin botol ato jin ifrit- jelas nggak pilih-pilih waktu. Karena itu terjadi di siang bolong. Jam dua siang!

Yang kesurupan cewek, rambut panjang ikal, item manis. Waktu gw dateng udah rame banget. Tuh cewek lagi berbaring, sambil dipegangi temen-temennya. Matanya mengatup, cuma doi teriak-teriak nggak jelas sambil ketawa-ketawa kayak orang gila. Teriakannya, yang bikin serem. Kenceng dan melengking. Percis suara kuntilanak ato setan-setan perempuan lainnya yang biasa dilihat di tivi. Shit.

Temen-temen yang lain sudah berusaha baca ayat-ayat Al Quran. Eh, si jin nggak kunjung pergi. Tapi, percaya ato tidak, keknya dia ngerasa lho. Waktu dibaca keras-keras (gw nggak tau itu ayat apa), dia teriak kayak kesakitan ato ketakutan. Eh, abis itu ketawa lagi. Mungkin karena yang ngebacain kurang yakin kali ya.

Terus terang, waktu itu emang nggak ada yang tahu harus ngapain, selain menunggu kyai yang tak kunjung datang. Gw sendiri, Cuma bengong. Mau ngebantu, tapi takut salah. Mau ikutan megangi, ntar malah dikira usaha lagi. Kan repot. Hehehe.

Kata Pak Maman, sopir kantor, tuh cewek pikirannya lagi kosong. Dan doi tergolong manusia yang gampang banget dimasukin jin. ”Soalnya tulang iga-nya ada yang retak,” katanya. Pikiran kosong masih masuk akal, tp gw bingung, apa hubungannya tulang iga retak sama kesurupan. Hmm… yang jelas, no more sleep in the office!

Pak Maman juga bilang, when you get goosebumps, itu berarti ada mahluk halus yang dateng. Shit. Gw pernah, Sabtu-Sabtu tidur kantor sendirian. Sekitar jam 2-3 pagi, I get goosebumps. Entah apa karena gwnya yang penakut, tapi gw merinding stengah mampus. Jadi itu berarti….shit, so scary.

Tuesday, November 01, 2005

Minal Aidzin Walfaidzin!

Wussup people? Yeah, gak terasa, sudah sebulan penuh kita berpuasa. Menahan lapar dan dahaga. *Halah.

Syukurlah. Puasa gw full. Well, starving and thirsty is not a problem for me. Except for lust. Hehehe. But, karena gw sampai saat ini masih single (shit!). So, thank God, tak ada bolong satu pun.

Puasa tahun ini berkesan banget. Karena, pertama kali ngerasain puasa di kost. Ada enak dan gak enaknya.

Tahun lalu, makan aja suka males gitu. Padahal apa-apa udah ada dan tersedia. Tahun ini, boro-boro males makan. Ada makanan aja udah untung. Gila, tiap malem selalu pusing, ntar malem sahur pake apa ya?

Biasanya anak kost yang males bangun ngakalin dengan beli makan malem harinya. Trus, gak bangun sahur. Sayangnya, gw gak bisa. Secara napsu makan gue yang lumayan gembul, gw harus makan tepat waktu sahur. Kalo gak, pasti bakal lapar ato lemes duluan siangnya. So, hari-hari gw tiap hari diisi dengan kebingungan mencari sahur. Hihihi. Its fun, actually.

Waktu minggu pertama, gw sering banget masak sendiri. Menu fave: mie goreng, telor orak-arik, plus korned. Kadang mbak Tuty (temen kost gw) juga masakin. Jadi gw, Estu, Imam, Teguh, sahur bareng-bareng. Seru.

Tapi, hari-hari terakhir, mereka jadi makin males sahur. Buset. Jadi gw bangun sendirian, cari makan sendirian, sahur sendirian. Phew, kasihan banget. Mana belakangan warung-warung paporit gw udah pada mudik. Lengkaplah penderitaan gw.

Ya, idup sendirian definitely can change your way of life. Lo jadi makin menghargai apa yang lo miliki. Makin banyak bersyukur. Makin yakin, kalau idup itu ternyata keras, dan dunia ini memang kejam. Wekekeke.

Oya, besok pagi gw mudik. Gara-gara BBM naik, harga tiket naik gila-gilaan. Masa pesawat kelas Awair aja nyampe 60$. It cost me almost 120$ PP Sby-Jkt. Tapi ya mo gimana lagi. Yang penting pulang aja udah sukur. Phew, I miss my moms homemade Oxtail Soup. Btw gw di Sby sampe tanggal 6 November. So, boys n girls, watch out for me, okay!

Oh ya, gw juga mengucapkan Selamat Idul Fitri! Minal Aidzin Walfaidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin! Terima kasih udah betah-betahin baca blog gak penting ini. Have a rockin life, dude! Over and out!

Monday, October 31, 2005

Fiona Apple



Setelah enam tahun absen, penyanyi pop Fiona Apple kini muncul dengan Extraordinary Machine. Seperti apa?

Cewek manis bermata hijau ini mengawali karir pada 1996 lewat debut Tidal. Musik pop sarkastis dengan lirikal satir dan therapeutic, mengantarnya menjadi artis multiplatinum (terjual tiga juta kopi), dan memenangi satu penghargaan Grammy.

Tiga tahun setelahnya, Apple kembali dengan album kedua, When the Pawn…, sebuah album dengan judul 90 kata tanpa jeda. Kendati dipuji banyak kritikus, namun album tersebut gagal secara komersial.

Sejak itu, namanya tak lagi terdengar. Satu-satunya kabar tentang dirinya, yakni perpisahannya dengan sutradara film Paul Thomas Anderson pada 2001. Apple kemudian hidup menyendiri, pindah ke rumah pantainya di kawasan Venice, Los Angeles, dan hidup dengan anjing Staffordshire Terrier-nya yang bernama Janet.

Apa saja yang dilakukannya selama itu, Apple berharap dapat memberikan jawaban serta penjelasan yang berarti. ”Karena memang saya tidak melakukan sesuatu yang berarti. Saat itu saya merasa tidak ingin menulis lagu atau melakukan apapun,” jelasnya.

Ia mengisi hari-harinya dengan duduk di halaman belakang rumahnya. Dan bermain-main dengan biji cemara. ”Saya membuat orang-orangan mungil menggunakan biji cemara dan sebuah pisau lipat,” kenangnya.

Masa-masa itu dirasakan sangat berat bagi Apple. Bahkan, ia merasa ingin meninggalkan karirnya sebagai penyanyi untuk selamanya. ”Saya berfantasi, bekerja di Green Chimneys, New York. Tempat itu memberikan terapi untuk anak-anak menggunakan hewan ternak. Saya pikir impian saya disitu. Tapi ternyata musik terus memanggil saya kembali,” ujar gadis berambut ikal ini.




Ganti Produser

Pada 2002, Apple merasa siap untuk kembali rekaman. Digamitlah Jon Brion, produser album When the Pawn…, untuk membantunya di studio. Sayangnya chemistry antara Apple dan Brion tidak lagi se-intens dulu. ”Ketika Jon memainkan sebuah lagu, saya tidak bisa mengatakan apakah saya menyukainya atau tidak,” paparnya.

Hasilnya, formula pertama Extraordinary Machine tidak memuaskan. Bagi Apple, juga Epic Records, divisi Sony BMG. ”Mereka (Sony) merasa tidak ada lagu yang bisa mencetak hit,” urai Apple.

Karena itu, Apple berusaha untuk merekam ulang lagu-lagunya dengan produser Mike Elizondo, yang biasa bekerja sama dengan artis sekelas Eminem dan Dr. Dre.
Sampai disitu, kata Apple, semuanya berjalan lancar.

Tapi ternyata, kepercayaan Sony terhadap dirinya ternyata belum pulih. Pihak eksekutif Sony meminta Apple untuk menyerahkan lagunya satu persatu. Tentu saja, sebagai penyanyi dan penulis lagu, ia merasa tersinggung.

”Saya pikir itu ide yang buruk. Secara tidak langsung, itu berarti kalau mereka (Sony) tidak suka dengan lagu saya, mereka dapat berusaha untuk mengubahnya. Mereka juga memotong anggaran rekaman saya,” ujarnya.

Untuk menggarap versi awal Extraordinary Machine, Sony telah mengeluarkan dana sebesar USD 800 ribu. Pada titik itu, Apple mengungkapkan kekecewaannya dengan berkata, ”saya berhenti!”. Belakangan, juru bicara Sony, Lois Najarian, membantah hal ini dan menganggapnya sebagai miskomunikasi biasa.

Tepat disaat itulah, Apple menyadari bahwa materi lagu yang direkamnya dengan Brion bocor, dan tersebar di internet. Tentu saja Apple kecewa berat. ”Siapa yang akan rela membayar lagu-lagu saya bila sudah tersebar di internet?,” pikirnya saat itu. ”Rasanya sangat aneh. Seperti ada orang yang membaca diari saya, mencetak dan menyebarkannya,” tambahnya.




Didukung Fans

Namun, yang tidak diketahui Apple, yakni fansnya yang selalu berada dibelakangnya. Para fans itu, mendesak Sony untuk segera merilis Extraordinary Machine. ”Tolong beri kami Fiona, dan kami akan mengembalikan uang Anda!,” tulis salah satu post di situs www.freefiona.com.

Tak cukup dengan sekedar post di internet. Mereka juga mengirimkan ratusan puisi, buah apel, serta kertas bergambar apel yang dikirim ke kantor Sony BMG di Madison Avenue. Tak jarang, mereka juga datang langsung, dan melakukan aksi protes sembari berteriak, ”kami ingin Fiona!”.

Hal itu, yang kemudian menyadarkan Apple. ”Saya langsung menangis. Karena, Ya Tuhan, orang-orang ini begitu peduli pada saya. Saya merasa tergerak,” kenangnya. Alhasil, pada Oktober lalu, Extraordinary Machine, album ketiga sepanjang satu decade karirnya resmi dirilis dibawah label Epic.

Tentang album ini, kata Apple, dirinya mengubah lirik lagu yang stressfull dan depresif, dan menjadikannya joyful. ”Saya tidak ingin menderita setiap saat,” urainya.

Ia menganalogikan album ini sebagai percakapan dengan dirinya sendiri, dibanding berteriak ke seseorang. ”Saya menggambarkan diri saya saat menulis lagu, lebih personal, dan tidak dipenuhi amarah,” paparnya. Karena itu, soundnya lebih pelan. Sebuah gabungan antara fusion, jazz, dan electronica yang emosional.

Satu lagi, kata Apple, mantan pacarnya, Paul Thomas, tak mempengaruhinya secara spesifik dalam lirik-liriknya. ”Setelah putus dengan Paul, saya sudah menjalani hubungan lagi. Paul memegang peranan penting dalam hidup saya, tapi lagu-lagu di album ini terinspirasi dari semua hubungan saya. Ada beberapa lagu dan bait yang secara jelas mengarah ke satu orang, atau situasi tertenu. Bila orang itu membacanya, mereka akan tahu,” paparnya.

Sunday, October 02, 2005

Kumpul di Rumah Zeke

Sabtu kemaren, anak-anak indie Jakarta-Bandung kumpul-kumpul, bikin acara silaturahmi sebelum puasa. acaranya digelar secara sederhana dirumah Zeke, vokalis/gitaris Zeke and The Popo. cuma, yang main band indie kelas berat semua.

FYI, Zeke itu anaknya Agum Gumelar. Kakaknya, Ami itu ceweknya pebulutangkis kebanggan Ind Taufik Hidayat. nah, Agum itu komisaris perusahaan tempat gw kerja. see the connection?

meski sederhana, tapi yg main kewl abis. Dari Homogenic, Mocca, Pure Saturday, The Brandals, Zeke and The Popo, Pure Saturday, sampai The Sigit. well, enjoy!

Mocca








Homogenic




Zeke and the Popo


Saturday, October 01, 2005

Sajama Cut


Bikin Lirik Tentang Bintang Porno

Penampilan good looking, musik ultra-urbane folk-rock stylish, serta lirik bercerita tentang keputusasaan, kematian, dan seksualitas. Sambut formasi dan album baru Sajama Cut!

Nama Sajama Cut lebih dulu populer dengan single Less Afraid, yang menjadi high rotation di radio-radio Jakarta. Single itu sempat juga mengisi soundtrack film Janji Joni, besutan Joko Anwar, serta kompilasi independen JKT:SKRG.

Sekarang, Sajama fans dapat menikmati full-lenght album bertajuk The Osaka Journals yang baru dirilis 11 September lalu dibawah label Universal. ”Semua lagu di album itu sudah dikerjakan oleh formasi baru,” ujar J. Marcel Thee, vokalis, gitaris, sekaligus mastermind band ini.

Sejak akhir 2004 lalu, band asal Jakarta ini memang berganti formasi. Personel awal, Beta, Reny, dan Iman, karena alasan tertentu memilih untuk mengundurkan diri.

Marcel, satu-satunya personel yang tersisa akhirnya merekrut Mario Pramata Leman sebagai pembetot bass, Aldy Waani pengulik gitar, Andry Ruay sebagai penggebuk drum, dan Budi Marchukunda mengisi posisi kibordis.

Dengan formasi ini, mereka lantas mulai menggubah aransemen lagu, menyesuaikan ide, dan langsung masuk studio rekaman. Hasilnya adalah sebelas lagu bernuansa folk-rock, dengan influence band-band seperti R.E.M, Gram Parsons, Hank Williams, Bright eyes, The Fall, Flamming Lips, dan Guided by Voices.

”Sama sekali nggak ada kesulitan. Gue bisa langsung click dengan mereka. Chemistry-nya langsung dapet. Udah solid lah,” beber Marcel. Terkait dengan proses rekaman Osaka Journals yang memakan waktu hampir setahun itu, Marcel berkelit, ”kami adalah orang yang sangat perfeksionis!,”.





Kental Nuansa Jepang

The Osaka Journals dirilis oleh label mayor Universal Musik Indonesia. Kendati demikian, Marcel mewanti-wanti, kalau tidak ada campur tangan label soal musik atau lirik Sajama Cut. ”Semua kita sendiri yang menentukan kok. Kami sign-in ke label, supaya distribusinya lebih luas. Band mana sih yang nggak ingin musiknya didengerin orang banyak?,” bantah Marcel.

Judul album itu, diambil dari buku jurnal Marcel. ”Gue punya buku jurnal, yang berisi pengalaman perjalanan gue ke berbagai tempat, termasuk Jepang. Kenapa Osaka, sebenernya nggak ada alasan khusus. Supaya terdengar catchy saja,” paparnya.

Bila dicermati, baik artwork kover yang bergambar seorang wanita berkimono, judul lagu, maupun lirik, sebagian besar bercerita tentang Jepang. Alasannya sangat simple, karena para personel Sajama Cut memang tergila-gila dengan negara Jepang.

”Kami suka kebudayaan, mentalitas, etnis, serta kreativitas negara Jepang,” urai Marcel. ”Karena itu, rasanya lebih mudah untuk mengintepretasikan segala sesuatu tentang Jepang. Lebih mengalir dan lebih lepas,” tambahnya. Simak saja judul-judul seperti It Was Kyoto, Where I Died ; Take Care’ Inamorata ; Season Finale ; Idol Semen ; hingga Fallen Japanese, yang dijadikan single pertama.

Soal lirik, band yang namanya diambil dari sebuah novel thriller ini mereka mengaku menggarapnya secara serius. ”Lirik Sajama Cut itu straight to the point. Kami sebisa mungkin menghindari gimmick, lirik yang bercanda atau cinta yang terlalu kental,” urai Marcel.

Sebagian besar temanya, lanjut Marcel, justru menyoroti hal-hal yang nyaris tak disentuh oleh band mainstream kebanyakan. Yaitu perasaan ingin mati, paranoia, depresif, keputusasaan, hingga seksualitas. Semua itu diracik dalam kata-kata metafor yang puitis dan melodramatic.”Waktu menulisnya, gue benar-benar merasakan hal itu lho,” aku Marcel jujur.

Tidak takut nantinya akan berdampak negatif pada pendengar Sajama Cut? ”Ah, gue rasa remaja sekarang lebih pintar. Mereka sudah bisa berpikir. Nggak mungkin lah mereka dengerin musik Sajama Cut terus ingin bunuh diri,” jawab Marcel enteng.

Yang absurd lagi, adalah lagu bertajuk Idol Semen. Tembang tersebut bercerita tentang bintang film porno asal Jepang. Seperti Rin Tomosaki, Nana Sakura, Akira Watase, hingga Miruku Ichigo. ”Ya, kami memang suka nonton film porno. He-he-he,” urai Marcel, yang menyukai aktor porno Naka Kato ini jujur.

Sayangnya, dari total sebelas lagu hanya satu yang menggunakan lirik Indonesia. ”Terus terang, gue lebih ekspresif saat menulis dan menyanyikan lagu dalam bahasa Inggris. Tapi, kita juga berusaha kok. Di album kedua nanti, mungkin lebih banyak content Indonesianya,” bela Marcel.



Prepy, dandy, dan stylish

Melihat penampilan para personel Sajama Cut, siapapun pasti setuju bahwa mereka punya tampang goodlooking. Apalagi, penampilannya yang semi modern, prepy, dandy, dan stylish. Selalu terlihat rapi, lengkap dengan jas, dasi, vest, vintage shirts, hingga chic jacket.

”Soal penampilan, selalu kami jaga betul. Kami nggak ingin tampil seadanya. Visual band itu penting. Karena dapat menterjemahkan lagu. Serta intrepretasi dari musik yang dimainkan. Jadi penonton tahu arah bandnya dibawa kemana,” jelas Mario, pembetot bass. ”Ini kami jadikan sisi strongpoint, karena itu terus kami enhanced, kami pancarkan,” tambah Marcel, yang mengaku mengaku terinspirasi dengan college looks, dandanan mahasiswa di Eropa.

Begitu pentingnya masalah wardrobe ini, hingga ketika akan tampil pun musti dirapatkan dulu. ”Harus ada koordinasi. Kayak gini keren, atau nggak. Kalau ada yang terlalu berlebihan, kita kasih masukan. Kita selalu berdiskusi tentang wardrobe apa yang keren,” papar Marcel.

Bahkan, tak jarang mereka memberi bocoran tentang tempat-tempat yang menjual wardrobe yang bagus. ”Kita beli di internet, butik, sampai nitip temen atau saudara yang lagi ke luar negeri. Biasanya kita lebih suka barang-barang vintage,” urainya.

-------------------------------------------------------------

Menikmati Drama Yang Menyakitkan

Artis : Sajama Cut
Judul : The Osaka Journals
Label : Universal Musik Indonesia

The Osaka Journals akhirnya membunuh rasa penasaran para Sajama fans, yang ingin segera menikmati album full-length mereka. Dan, rasanya tiap detiknya terbayar dengan sebuah album yang matang tidak hanya secara musik, tapi juga materi dan lirikal.

Sajama Cut membawakan musik folk-rock, yang merupakan gabungan antara musik indie rock kental, dilebur sedikit country, plus nuansa pop era 80’an. Semua itu Dilebur dengan lirikal puitis yang depresif dan menyakitkan.

Lagu opening Season Finale, berdurasi hanya sekitar 2.5 menit. Lagu ini memiliki melodi pop abstrak, dengan refferain yang cukup depresif, seperti “some days I feel like we’re all dying,”. Lagu kedua, Fallen Japanese bernuansa ala choir dan cukup catchy. Mungkin, reff-nya yang sangat sing-a-long, menjadi alasan mengapa lagu ini dipilih menjadi single pertama.

Alibi, terasa begitu melankolis dan menyentuh. Seperti menonton film drama, dengan ending yang sangat menyakitkan. Untuk merasakannya, kita tak harus memahami liriknya. Petikan gitar, serta cara bernyanyi Marcel sudah merepresntasikan semuanya.

Scarlett (Paramour), Fin, dan Nemesis/Murder memiliki nuansa country, dibawakan dengan medium beat. Namun, titik klimaks dalam album ini justru terasa ketika mendengarkan It Was Kyoto, Where I Died. Lirik yang sangat memorable, dan musik yang catchy serasa merepresentasikan keseluruhan album Osaka Journals ini.

Sayangnya, Lagu Tema yang dinyanyikan Marcel menggunakan bahasa Indonesia, justru terasa aneh. Sentuhan dark, dan dramatis yang ingin dicapai, malah tidak tersentuh

Friday, September 23, 2005

TIPS NONTON DVD

Bagi gw, pilem adalah sebuah karya yg luar biasa. Paduan antara sebuah karya sastra yang ciamik, yang kemudian divisualisasikan dalam media gambar dan suara. Kombinasi yang klop kan? Ada sastra, ada visual, ada musik. What can you expect more? Sebuah penemuan yang luar biasa kan?

Soal selera, tiap orang memang beda. Dan, selera adalah sesuatu yang tidak untuk diperdebatkan. Kalau lo suka nonton pilem action, jangan anggap penyuka pilem drama seleranya rendah. Dan sebaliknya.

As for me, gw gak terlalu suka pilem action dan horror. Alasannya simple. Horor, karena gw penakut. Kecuali klo nontonnya rame2 di bioskop, which is sangat jarang gw lakuin. Karena gw lebih suka nonton pilem sendirian. Lebih pokus.

Kalo pilem action, yeah, u know it. Emang banyak juga yg bagus, cuma bisa diitung jari. Sisanya so-so atau bisa dibilang jelek.

Kalo perang masuk action gak sih? Krn gw suka banget pilem perang. Sebab diantara tembak2an dan berondongan peluru, terselip emosi yg kuat, bagaimana manusia bisa survival. *halah. Dan kebanyakan pilem action itu ceritanya piktip. Jadi males nontonnya.

Gw suka jenis pilem yang cerita tentang idup. Maksudnya, gimana orang itu menjalani hidupnya. Karena hidup adalah misteri terbesar yang pernah ada. Haduh, apaan sih.

Well intinya, gw suka pilem2 yang aneh, yg gak afdol, yg emosi dan konfliknya dapet, yg klo ditonton berkali2 bisa dapet sesuatu yg beda. Gitulooh.

Asyiknya lagi, selama 1-2 jam nonton pilem, kita bakal dibawa ke dalam “dunia lain”. Serasa kita benar2 berada di kehidupan yang completely different, being a different people. Fiuh. Kita bisa ngelihat sesorang menghadapi suatu konflik, mengatasinya, ato malah menyerah begitu saja.

I love that sensation. Have u ever feel it? Yang jelas. Nontonnya harus khusyuk.

Bioskop atau DVD, sama2 asyik. Kalo bioskop, jelas, layar lebih lega. Sound lebih menggelar. Dan pastinya mahal. Hueheue.

Kalo DVD, asyiknya kita bisa nonton dengan berbagai posisi, mau duduk, baring, kayang, handstand, telanjang, sambil lari2 pun orang gak ada yang protes.

Dan, biasanya DVD menyertakan Special Features di menunya (biasanya ada untuk DVD kopian langsung dr orisinil). Di menu SF itu, kita bisa ngelihat adegan Uncut, gallery, trailer, dan menu fave gw, Director’s commentary. Khusus yg terakhir, gw suka karena membuat adegan yang biasa jadi istimewa.

Misalnya, pas si sutradara filem Mean Creek bilang, “whooo, adegan ini istimewa bangeet. Kita serasa dapet berkah aja. Bayangin, kita pengin ada asap, ternyata kabut datang. Kita pengin bikin ujan buatan, ternyata bener2 hujan! Man, shits happened while we made this movie.”.

Padahal, adegannya Cuma kapal boat lewat aja di pagi hari plus gerimis. Nah beda kan?

Dan yang paling asyik, klo lo ngelakuin DVD Marathon. Rekor gw, dari jam 11 siang sampe jam 2 malem non stop. Dan gw masih nyari waktu untuk memperbarui rekor gw. Hehe. Gimana cara nonton DVD marathon yg oke, gw punya tips khusus. Hihihi. Pentengin aja satu ini!

1. sediakan waktu luang!
Hell yeah. Lo butuh banyak waktu luang. Karena itu, sedianya DVD marathon dilakukan ketika lo sedang libur atau take some time off. Pikiran harus fresh dan jernih, kondisi tubuh harus fit, supaya bisa tetap fokus dan nggak ngantuk. Say no to Extra joss!

2. lock the door!!!
Prinsipnya hampir sama klo lo nonton bokep. Kalo perlu, pajang tanda DO NOT DISTURB! Atau PERGI JAUH! Atau ORANGNYA NGGAK ADA! Atau AWAS ANJING GALAK! Jangan sampai kesenangan kita terganggu oleh sesuatu yg gak penting. Such as : temen kos minta rokok, ibu kos nagih uang kos, dll. And jangan lupa, matikan segala bentuk gadget yang menganggu. Henpon, cdma, pda, notebook, dst2.

3. Siapkan pilem-pilem yang akan ditonton.
For start, 3-4 filem cukup lah. Yang jelas, bikin variasi biar gak bosan. Misalnya : drama-action-horor-road movie, atau suspense-drama-bokep-scifi. Terserah, tergantung selera dan mood. untuk belanja filem, klo di Surabaya gw rekomen Pasar Atum lt 3. kalo telaten kadang bisa nemu yang dahsyat. Gw pernah nemu Casablanca, yg dengan bodohnya gak gw beli! Shit! Di Jakarta, so pasti Glodok. Feels like heaven to me! Hell yeah..

4. cemilan is recommended!
Lagi bengong nonton percakapan seru Jesse dan Celine di Before Sunset, rasanya ada yg kurang klo mulut ini nggak mengunyah sesuatu. So, sediakan berbagai cemilan dan softdrink sebagai teman nonton. Fave gw : beer bintang, Carlsberg, coca cola, Pringles cheezums, silver queen, popcorn, ring, chicken wings, nugget, dan sebungkus LA mentol. Warning : tidak disarankan pagi orang yg menjalani program diet ato takut gemuk!

5. buat tempat nonton senyaman mungkin
karena kita akan berjam2 menghadap tipi, jangan lupa tata tempat duduk/kasur senyaman mungkin. Supaya tidak terjadi kram, salah urat, encok, pegel linu, keseleo, ato rematik. Hihihi. Banyakin bantal biar nyaman.

6. set audio visual
kenikmatan nonton DVD adalah suara. Dengan suara yg manteb, kita serasa berada di beskop. Karena itu disarankan menggunakan home titer, yang membuat suara terasa muter. Set volume cukup kencang, tp jgn sampe mengganggu tetangga. Kalo tetangga gagal beranak gara-gara lo nyetel Saving Private Ryan kenceng2, mang mau disuruh tanggung jawab?

7. pegang remote erat-erat
kelihatannya sepele, tapi penting. Remote tipi, remote dvd, remote home titer, harus selalu berada di sekitar kita. Siapa tau ada adegan2 mesum, yg mengeluarkan suara-suara “ooooh, aaah, iiiihhh, yeeeeesss baabyyy, comeee ooonnn, moooreee”, dengan sigap lo bisa langsung ngecilin kan?

8. matikan lampu!
Ini sih sebenernya selera aja. Supaya lebih fokus dan serasa dalam beskop. Tapi, klo gak suka juga ga masalah kok. No prob!

9. no miras allowed!
Om jek di dan teman-temannya harus dijauhkan. Karena akan membuat acara nonton jadi gak pokus. Lagi pula, se no tu druk! 

10. enjoy
Silahkan menikmati! Silahkan menangis, marah, teriak, takut! Dan dapatkan semangat dan inspirasi baru dalam menjalani hidup setelahnya. Hey, you can learn bout life in movies! Oke. That’s all folks, gw udah ngantuk. Rencananya bakal gw kasih gambar, Cuma CF gw (lagi-lagi) ketinggalan di kantor. Have a nice life, over and out!

NB : ada kabar bagus. Kakak gw hamil. Hehe. So, it means soon I will be an uncle. Yeah. Secara gw yang dua bersodara, tentu gw seneng banget. So doain aja bayinya sehat, dan mirip gw. Hehehe.

Sunday, September 11, 2005

Me and My Big Mouth

Gw ini tipe orang yang perfeksionis. I want everything to be perfect, to be good. Termasuk soal kerjaan. Gw berusaha untuk ngasih masukan, memberi ide2 baru soal halaman gw. Tujuannya sebenarnya mulia, gw ingin halaman gw lebih bagus.

Tentu saja, best result needs hardwork. Yang gw lupa, jumlah tim kerja kita masih sangat terbatas. Jangankan mikir ide, untuk bisa mengerjakan tugas dengan sempurna tiap minggunya itu udah lumayan capek dan butuh energi tinggi.

As a result, gw akhirnya “termakan” ide gw sendiri. Dan sekarang, sabtu malam, gw terpaksa nginep di kantor sendirian (iya lah, mana ada sabtu2 orang masih ngurusin kerjaan?), untuk mengerjakan tugas, yang sebenernya bisa dikerjakan orang lain.

Yep, I learn my lesson. knowing your limit, and stop acting like an assholes!

okeh, no more complain. kencangkan ikat pinggang, teriakan "ciayo!" dan mulai....ehm, ngantuk nih. ngeleset dulu bentar ah.....zzz...zzz..zz...

Saturday, September 10, 2005

Once a Rocker, Always be a Rocker



Rolling Stones, Charlie Watts (kiri), Mick Jagger (dua dari kiri) Ron Wood (dua dari kanan) and Keith Richards (kanan), saat presskon di New York. Mereka akan menggelar tur dunia, yang dimulai di Boston 21 Agustus nanti.

Man, check out their faces! Udah keriput dan tua2 gitu. Klo gue umur segitu, paling lagi duduk di kursi goyang sambil ngerokok, nglamun, dan ngliat sinetron di tivi. Hihihi. Foto : AFP

iPod nano!



CEO Apple Inc. Steve Jobs, ketika memperkenalkan iPod nano di San Fransisco


Goodbye Mini, Hello Nano!
Apple Computer Inc. masih memegang 74 persen pasar pemutar musik digital di dunia saat ini. Agaknya, hal itu akan terus berlanjut. Karena Apple kembali meluncurkan varian iPod terbaru dengan desain cutting-edge. Kali ini lebih revolusioner, lebih kecil, lebih tipis, dan lebih stylish. Sambut kedatangan iPod nano!

IPod nano diperkenalkan pada publik Rabu, 7 September lalu di San Francisco, California. Steve Jobs, CEO Apple, menyebut nano sebagai revolusi terbesar yang dilakukan Apple sejak iPod orisinil pertama kali diluncurkan. ”Nano memiliki semua fungsi dan keistimewaan iPod, tapi dengan desain yang jauh lebih kecil dan tipis. Nano bakal menggebrak pasar pemutar musik portable,” koar Jobs.
Kedepannya, nano akan mengganti tempat sang kakak, iPod mini, yang lebih dulu populer dan sukses. Ya, Apple mengambil langkah berani dengan mendiskontinyu produksi iPod mini. Jadi, nano akan sepenuhnya mengisi dan menggantikan pasar mini di strata produk Apple.
”Membunuh iPod mini adalah langkah besar bagi Apple,” komentar analis Michael Gartenberg dari Jupiter Research. ”Perusahaan lain mungkin akan meningkatkan jumlah produksi atau menambah pilihan warna. Namun dengan desainer-nya yang hebat, Apple malah menghasilkan sebuah produk yang sangat baru dan sangat cool,” urai Gartenberg.
Seperti diketahui, iPod mini digemari karena bentuknya yang imut dan tipis, serta memiliki ragam warna-warni pastel. Mini hadir dalam dua model, 6 GB dijual seharga USD 249, sementara model 4 GB dibandrol USD 199.
Langkah membunuh produk paling populer, menggantinya dengan produk yang lebih baru dan canggih sebelum kompetitor mampu meluncuran knock-off, dan adalah strategi market yang jitu dan berani.
Stan Ng, director Marketing Produk iPod beralasan bahwa perusahaannya berusaha untuk terus berinovasi. ”Kami tidak bisa berdiam diri. Tagline nano sudah merepresentasikan semuanya, Impossibly Small (sangat kecil),” urai Stan.
Hal itu juga dimaklumi oleh Tim Deal, analis Technology Business Research. Kata Tim, sangat penting bagi Apple untuk terus menjaga agresifitas produk iPod, dan terus menjadi pemimpin di pemutar musik digital.
Apalagi, belakangan ini kompetisi pasar pemutar musik digital atau MP3 player jauh menjadi lebih sulit. Pesaing Apple seperti Creative, Zen, maupun Sony juga berlomba-lomba merilis produk dengan teknologi lebih canggih, serta desain lebih slim.
Hingga kini, perusahaan yang awal Februari lalu sudah menjual lebih dari 22 juta iPod di seluruh dunia itu masih memimpin pasar. Dengan download rate mencapai 500 miliar lagu, Apple memiliki 82 persen market share musik download secara legal di Amerika, juga 74 persen market share untuk semua jenis MP3 player.
Pada 2006 mendatang, Apple menyebut sekitar 30 persen mobil baru yang diproduksi di Amerika akan memiliki perangkat stereo yang kompatibel dengan iPod. Beberapa pabrikan yang sudah fix yaitu Acura, Audi, Honda dan Volkswagen.




ukurannya hanya segenggam tangan



Super Tipis, Kaya Fitur
Tidak dapat dipungkiri, keunggulan nano memang terletak pada ukurannya yang super-duper tipis dan mungil. Bayangkan, tebalnya hanya setengah dari iPod mini yang tipis itu. Ketebalan mini tak sampai 1.5 cm. Tebal nano ”Cuma” 0.6 cm!
Ukuran keseluruhannya pun hanya sepertiga ukuran mini. Panjangnya sekitar 9 cm dan lebar 4 cm. Beratnya pun kurang dari 1.5 ons (sekitar 42 gram).
Yang istimewa, nano memiliki semua fitur produk iPod. Mulai dari layar warna, aplikasi jam, stopwatch, dan beragam game. Bahkan, nano juga memiliki fitur screen lock untuk menghindari akses yang dilakukan oleh non-user.
Dan tentu saja, fasilitas click wheel yang sangat popular itu. Click wheel memudahkan pengguna untuk browsing lagu di dalam library, atau memindahkan menu. Cukup dengan menggesekkan jari telunjuk memutar ke permukaan tombol (touch pad control).
Urusan media penyimpanan, nano menggunakan flash memory chips, bukannnya hard disk drive yang digunakan oleh iPod mini dan model iPod lain yang berukuran lebih besar. Selain sebagai reduksi dari ukurannya yang tipis, flash memory membuat penggunaan baterai lebih irit. Nano menggunakan rechargeable battery dengan ketahanan selama 14 jam nonstop.
Nano hadir dalam dua tipe, model 4 GB dipatok dengan harga USD 249. Model ini mampu menampung sekitar 1000 lagu atau 25 ribu foto digital. Sementara model yang lebih kecil, 2 GB, seharga USD 199, mampu memutar 500-an lagu. Pilihan warnanya hanya dua, yaitu hitam dan putih.
Apple juga melengkapi nano dengan sederet aksesoris baru. Mulai dari lanyard headset, armband dengan warna-warna cantik, docks, serta case pelindung yang disebut ”nano tubes”.
Jobs memprediksi bahwa nano akan menjadi iPod yang paling populer diseluruh dunia. ”Ini akan menjadi produk iPod dengan penjualan tertinggi yang pernah diproduksi Apple, dan pemutar musik digital paling ngetop diseluruh dunia,” paparnya. Nano diperkirakan mulai dipasarkan akhir pekan ini, dan penjualannya diprediksi akan melonjak pada musim liburan yang dimulai bulan depan.



Rokr, ponsel pertama yang menggunakan aplikasi iTunes


Steve Jobs, ketika memperkenalkan Rokr

Rokr, Ponsel Yang Ngerock!
Bersamaan dengan dirilisnya iPod nano, Apple membuat kejutan lain dengan memperkenalkan produk ponsel berbasis musik yang menggunakan aplikasi iTunes player built-in. Namanya Rokr, hasil kerja sama Apple dengan pemegang pasar ponsel terbesar di Amerika, Motorola.
”Anggap saja Rokr adalah iPod Shuffle berbentuk ponsel,” ujar Steve Jobs, CEO Apple, saat mengeluarkan handset tersebut dari kantong celana jins-nya. ”Ini sangat cool,” tambahnya. Motorola Rokr memiliki kapasitas memori untuk menyimpan 100 lagu, camera phone untuk mengabadikan foto digital dan merekam video, layar warna, serta speaker dan headphone stereo.
Rokr memiliki fitur yang dimiliki kebanyakan ponsel berbasis MP3 lainnya. Misalnya musik akan berhenti secara otomatis bila ada telepon masuk. Atau, dengan mudah user dapat beralih dari fungsi ponsel ke fungsi MP3, dan sebaliknya. Pengguna pun masih tetap mampu mendengarkan musik sembari mengetik SMS, atau berfoto dengan built-in camera..
Yang membuat unggul, yaitu aplikasi iTunes yang terinstal di ponsel berwarna silver ini. Aplikasi tersebut memudahkan pengguna untuk menavigasi koleksi musik, menurut playlist, artis, album, atau lagu. Layar warna memudahkan pengguna untuk menikmati kover album, art gallery, atau foto penyanyi yang sedang didengarkan.
Headphone Rokr berwarna putih, menghasilkan kualitas sound sebening iPod.
Lewat iTunes Music Store, pengguna dapat langsung mendownload lagu-lagu favorit dari ponsel, audio book, atau melakukan podcasting. Kata Jobs, aplikasi iTunes yang digunakan adalah model terbaru yang sudah memiliki beberapa fitur tambahan.
Misalnya, iTunes akan secara otomatis menyesuaikan layar split screen, sehingga pengguna yang browsing di iTunes Music Store dapat melihat keseluruhan album, membatasi jumlah space kosong dibawah daftar lagu di bagian dasar panel.
”Kalau Anda seorang pengguna iTunes, Anda akan menyadari beberapa perubahan yang menjadikan aplikasi ini jadi jauh lebih mudah,” papar Jobs. Untuk akses internet, Apple dan Motorola menggamit Cingular Wireless, sebagai penyedia network untuk layanan download musik secara online lewat ponsel.
Jobs juga bilang, perusahannya telah melakukan perjanjian esklusif dengan diva pop Madonna, agar semua lagu istri sutradara Guy Ritchie itu bisa didownload melalui software iTunes online store. Hal yang sama juga dilakukan Jobs pada penulis buku superlaris, J.K Rowling.
Jadi, pengguna dapat mendownload keenam buku Harry Potter dalam bentuk audio book. ”Cukup dengan satu klik saja, maka Anda bisa membeli semua buku Hary Potter,” ujar Jobs. Audio book memungkinkan pengguna untuk ”mendengarkan” sebuah buku.
”Ada banyak sekali rumor yang berkembang tentang produk ini,” ujar Ralph de la Vega, chief executive officer Cingular. ”Sekarang, rumor itu berakhir, dan musik dimulai. Anda dapat mendownload lagu melalui ponsel kapanpun dan dimanapun Anda inginkan,” tambahnya.
Apakah penjualan ROKR nantinya akan mempengaruhi iPod Shuffle? Beberapa analis menyangsikan hal tersebut. ”Melihat fungsi, serta perbedaan harganya yang sangat jauh, saya yakin dua gadget itu akan memiliki pangsa pasar masing-masing,” ujar Michael Gartenberg, analis Jupiter Research. ”Motorola Rokr hanya berupa pelengkap iPod, bukan pesaing,” tambahnya.
Tentu saja, bukan berarti produk tersebut minim kritikan. Beberapa analis menyoroti desain Rokr yang standar, dan tidak memenuhi ekspektasi meleburnya gaya Motorola Razr phone yang macho dan gaya cutting-edge, high tech fashion yang dimiliki iPod.
”Bila Anda membawa ponsel ini ke klub, tak ada yang akan berkata ’wow itu adalah alat yang keren!’,” urai John Jackson, analis Yankee Group. Belum lagi kapasitas Rokr menyimpan lagu yang sangat terbatas. Bagi pengguna iPod yang sudah terbiasa membawa ribuan lagu, ini sangat menganggu. Produk ini sudah mulai dipasarkan di Amerika, dengan harga sekitar USD 249.

Monday, September 05, 2005

Geliat Scene Underground Islandia



Dulu Tak Peduli, Sekarang Digemari

Dulu, nyaris tak ada yang mengenal Reykjavik. Tapi kini, kota berjuluk ”smoke town” itu menjadi pembicaraan hangat lantaran perkembangan scene musiknya yang luar biasa pesat. Terutama scene musik elektronik eksperimentalnya. Berbagai artisnya kini mulai mendapat international recognition. Apa rahasianya?

Reyjavik, adalah ibu kota Islandia. Sebuah kota kecil, berpopulasi “hanya” sekitar 170 ribu orang. Secara literal, jumlah itu hanya sekitar seper duapuluh penduduk Jakarta. Tapi, sudah mencapai setengah dari total populasi penduduk Islandia. Uniknya, dengan populasi yang serba minimal itu, Reyjavik telah melahirkan musikus serta penyanyi kelas dunia.

Nggak percaya? Tinggal sebut. Mulai Björk, Magnús Ver Magnússon, dan kini Sigur Rós.
Reyjavik dijuluki ”smoke town”, karena banyaknya lubang-lubang geothermal dalam kota tersebut yang menyuplai panas dan air ke kota. Karena populasinya yang tak terlalu padat, Reyjavik nyaris tak pernah macet. Bahkan, di beberapa ruas jalan, kita bisa melihat bebek, dan angsa berlari-lari bebas.

Tapi, jangan tertipu. Reyjavik adalah kota paling hip dan maju di dunia. Konsumsi handphone dan internet di Islandia tertinggi, nyaris tak tertandingi kota manapun di dunia.

Fashion? Reykjavik punya label clothing macam GK, Aftur, X18, dan Svo. Bagaimana dengan film? Ada Baltasar Kormákur’s Reykjavik 101, Fridrik Thor Fridriksson's Rock in Reykjavik dan Zik Zak Film Works Dramarama. Musik? Well, now your talking. Jazz? Hip hop? Techno? Just name it. Kota ini memiliki banyak sekali pub dan club yang memutar musik selama 24 jam nonstop.


Diawali Dengan Revival Punk

Penyanyi pop pertama yang benar-benar menggebrak Islandia adalah Hljómar. Ia memiliki groupies yang nggak kalah fanatiknya dengan para Beatlemania (penggemar band the Beatles). Setelah itu, lagu-lagu bertipe dico-glam mulai menduduki tangga lagu Top 40.

Scene musik underground Islandia mulai bangkit, seiring dengan revival punk di Inggris sekitar 1979-an. Komunitas underground berkembang secara sporadis, mengandalkan idiom do-it-yourself attitude, dan memunculkan band-band baru.

Beberapa diantaranya adalah Tappi Tíkarass, Fræbbblarnir, Bubbi Morthens dan KUKL. Sejurus kemudian, scene underground tumbuh dengan pesatnya. Salah satu sebabnya, karena Islandia begitu kecil. ”Kalau kamu ingin menonton sebuah band, kamu tinggal berjalan ke pertunjukkan mereka!,” ujar Helgi, vokalis band rock Suð.

Sekitar 1990-an, Nirvana dan grunge-manianya menjadi sangat populer. Tapi, beberapa tahun setelahnya, justru scene death metal yang diatas angin. ”Saking besarnya, sampai-sampai banyak band yang merubah alirannya. Hanya ada beberapa indie band dan computer freak yang tersisa. Semuanya berambut gondrong, headbangs!,” urai Helgi sembari tertawa.

Tapi, makin kedepan, genre musik Islandia makin variatif. Scene hardcore mulai muncul, dan sempat menjadi genre underground yang paling laris. Sementara sekarang, band-band muda cenderung memainkan musik yang sangat variatif dan lebih suka bereksperimental.

”Awalnya hanya beberapa orang saja yang mau membeli, bahkan mendengar musik yang dibuat oleh musikus lokal. Bahkan, rilisan lokal dilabeli ’kelas dua’ atau bahkan ’kelas tiga’, tanpa diberi kesempatan terlebih dahulu”.


Menulis Lagu Lebih Penting!
Bagi para musikus di Reykjavik, live performance, atau membuat crowd moshing dan berstage-diving bukanlah segalanya. Mereka justru lebih fokus untuk membuat lagu sebaik mungkin, meminimalisir tampil. ”Hingga mencapai suatu fase ketika kamu bilang, ’hey, kami baru saja menulis lagu terbaik kami!’,” papar Helgi.

Karena itu, penonton show indie bisa dikatakan cukup terbatas. ”Paling banter cuma 200-an orang saja. Fans musik keras seperti hardcore justru lebih parah. Hanya sekitar 50-an orang setiap show,” urai Helgi lagi.

Salah satu klub/venue underground yang cukup terkenal adalah Gaukur á Stöng. Klab tersebut menggelar shownya hampir setiap malam. Biasanya, para band yang membawakan lagu-lagunya sendiri bermain saat weekdays. Sementara saat weekend, yang tampil justru band-band yang membawakan cover song (lagu orang lain).

”Penggemar musik yang datang ke Gaukur á Stöng tidak pernah tahu musik apa yang akan mereka dengarkan. Karena begitu banyaknya band berbeda, yang membawakan musik berbeda pula,” papar Helgi. Klab tersebut cukup terkenal, karena memberi kesempatan pada band-band pendatang baru.

Rilis Album di Luar Negeri
Merilis album rekaman di Reykjavik ternyata sangat sulit. Apalagi bagi band non-mainstream. Yang pertama, karena market Islandia yang memang sangat kecil.
Selain itu, penduduk Islandia cenderung memandang sebelah mata terhadap musikus lokal. Bahkan, awalnya hanya beberapa orang saja yang mau membeli atau mendengar musik yang dibuat oleh lokal.

”Rilisan musikus lokal dilabeli rilisan ’kelas dua’ atau bahkan ’kelas tiga’, tanpa diberi kesempatan terlebih dahulu,” urai Kristleifur Daðason, seorang DJ yang lebih dikenal dengan nama Shape 7. ”Hal itu mulai berubah, ketika Björk sukses menarik perhatian dunia. Musikus Islandia akhirnya mulai dilirik,” paparnya.

Karena itu, banyak musikus yang memilih untuk mendirikan label sendiri, atau rekaman dengan prinsip Do-It-Yourself (DIY). Beberapa band yang mengusung musik tekno seperti Exos dan Ohm memilih untuk merilis albumnya dibawah label Jerman. Satu-satunya label yang concern terhadap band indie dan non mainstream adalah Thule Musik. Itu pun, mereka banyak mengedarkan rilisannya ke luar negeri.

Eldar Atthorsson, seorang DJ Drum & Bass, mengatakan untuk bisa sukses di Islandia, kebanyakan artis harus pergi ke Inggris atau Eropa dulu. ”Memang ada juga beberapa artis yang telah merilis albumnya di Islandia selama beberapa tahun, dan membangun fan base kecil-kecilan. Tapi sungguh, kalau misalnya mereka ke luar negeri dan mendapat tanggapan bagus atau record deal, mereka akan kembali menjadi bintang di kampung halamannnya,” urai Eldar.

Ungkapan Eldar memang bukan isapan jempol. Hal itu terjadi pada band-band macam Sugarcubes dan Sigur Ros. Begitu menjadi headline majalah Melody Maker, Sugarcubes seakan menjadi besar di Islandia dalam semalam.

As for Sigur Ros, tak ada yang mendengarkan dua rilisan pertama mereka. Sebaliknya, begitu Agaetis Byrjun dirilis oleh Fat Cat Records (label Eropa), sekarang semua mendengarkan Sigur Ros!

”Kalau materinya memang bagus, saya pikir mudah saja untuk mendapat label diluar Islandia. Tinggal kasih kover yang bagus, dan chat via internet. Sesuatu pasti akan terjadi,” Kristleifur menambahkan. Uniknya, saking banyaknya musikus yang berusaha memasarkan musiknya diluar engeri, Thule Records sampai mendapat protes dari para penggemar musik lokal.

”Di Islandia, sangat sulit untuk menjadi seorang musikus yang bisa hidup enak. Kebanyakan penyanyi disini memiliki pekerjaan 9 to 5 untuk tetap hidup,”



Rekaman Pun Numpang


Soal rekaman, hampir sama dengan musikus indie kebanyakan. Band-band debutan, mengawali karirnya dengan susah payah dan penuh perjuangan. Tak jarang, mereka harus ”numpang” di studio milik rekannya. Seperti yang dialami oleh para personel Suð. ”Baru untuk urusan mixing dan mastering, kita menyewa studio yang cukup besar,” papar Helgi, vokalis Suð.

”Waktu itu kami hanya ingin keluar dan tampil. Karena itu kami berusaha menulis lagu sebanyak mungkin. Setiap jengkal ide dalam kepala kami keluarkan,” papar Helgi. ”Setiap ide, tidak muncul dengan struktur penuh. Begitu ada ide, kami coba ramu dengan jamming,” lanjutnya.

Mengandalkan koneksi rekannya, Suð berhasil mengedarkan albumnya ke Jerman dalam bentuk CD. Itu pun hanya 500 kopi saja. ”Seluruh proses itu memakan biaya cukup mahal, sekitar 40 juta rupiah. Saat itu, kami menutup kekurangannya dari kantong kami sendiri,” kenang Helgi.




Elektronik Eksperimental Meledak

Toh, despite semua semua keterbatasan itu, pertumbuhan musik di Islandia justru meledak, diluar dugaan. Terutama untuk genre musik elektronik eksperimental. Dimulai sekitar 1992-an. Ketika itu hanya ada empat band yang terjun dalam genre tersebut. Mereka adalah Bix, Ajax, Inferno5 dan T-World.

Persaingan tentu ada, tapi tidak secara konfrontal. Melainkan dengan cara yang positif. Rata-rata, musikus Reykjavik memiliki paham untuk berusaha pushing the limit. Mencoba sesuatu yang baru, yang belum pernah dicoba oleh siapapun juga.

”Persaingan itu membuat kami berpacu untuk berkarya dan bereksperimen,” papar Bix, musikus elektronik yang telah “mentas”. ”Kami ingin agar semua orang langsung berteriak ’ooooh’ saat mendengarkan musik yang kami. Itu adalah saat-saat yang paling produktif bagi band-band di Reykjavik,” lanjut Bix, yang kini tinggal di Los Angeles, California.

Bix yang kini tengah mengerjakan solo albumnya sendiri, pernah menggarap lagu remix untuk artis sekelas Beck dan Madonna.

Di Islandia, lanjut Bix, sangat susah untuk menjadi seoarang musikus sekaligus mengenyam kehidupan yang cukup. ”Kebanyakan musikus di Islandia harus bekerja 9 to 5 untuk bisa hidup. Karena venue di Reykjavik sangat terbatas,” papar Bix.
Namun, saat ini, scene musik elektronik sudah jauh lebih kuat. Banyak musikus berbakat yang muncul membawakan ide dan konsep musik segar, cuting-edge, dan jenius.

Clubbing 24 Jam

Untuk urusan clubbing, Islandia memang sedikit unik. Banyak DJ dari Inggris datang ke Islandia, dan saat kembali mereka selalu berdecak kagum. ”Bahkan menjadi lebih baik, setiap kali mereka kembali. Seperti sebuah wabah yang menular. Semua orang yang datang kesini, ingin kembali!” papar DJ Eldar Atthorsson.

Tapi yang membuat beda para Icelanders dengan tempat lain, saat mereka clubbing atau jamming, mereka benar-benar esktrim. Misalnya, clubbing dimulai dari Jumat atau Sabtu, berlanjut hingga keesokan paginya. Kemudian, mereka mulai keluar lebih awal, sampai mulai pada Rabu dan berlangsung lebih dan lebih lagi.

Di Reykjavik, techno, house, dan trance adalah musik yang paling populer saat ini. Kenapa techno? Sebab, orang-orang Reykjavik lebih menyukai musik yang lebih hard, dan danceable. ”Banyak DJ-DJ techo berbakat dan berkualitas di Reykjavik,” tandas Eldar. Beberapa klab yang sering memutar musik seperti itu, yaitu Café Thomsen dan Gaukur á Stöng.

Friday, September 02, 2005

susahnya nyari desain blog

Perhatian2, karena desain blog baru gw anggap juelek dan tidak nyaman dimata. Makdarit (maka dari itu) gw memutuskan untuk kembali ke desain awal, sembari mencari2 desain blog yang cocok (bah, susyeehnya setengah mampus!) oskay. Ok have a nice life, n se no tu drug! Peace!

When Harry Meet Sally



Semalem gw nonton When Harry Meet Sally…, sebuah film komedi romantis yang lucu, segar, dan ringan. Cukup asyik, mendengar soundtrack lagu-lagu jazz romantis yang nggak cuma jadi pelengkap, tapi sekaligus penyempurna dan penutup film yang dibintangi Meg Ryan dan Rob Crystal itu. Well, quite entertaining, actually..

You know, gw selalu membagi film-film yang gw beli. Saat blanja DVD, gw pasti akan membeli 80 persen film berat dan 20 persen yang agak lightfull dan menghibur. Well of course, horror n action is not my cup of coffee. Horor karena gw aslinya penakut (ah, siapa cowok yang nggak?) dan action??? (doh? Hare gene?).

Pembagian ini cukup efektif supaya otak nggak pusing. Terutama kemarin ketika otak gw dipaksa bekerja kerasa menonton 2001 : Space Oddyseynya pak Kubricks. Hmm, When Harry Meet Sally seakan menjadi antidote yang sempurna.

Eniwei, ditengah-tengah gw nonton, terdengar teriakan dari Awie, temen satu kos gw yang memanggil-manggil nama gw dari luar kamar. Ugh, gw paling benci kalo acara nonton meski kepotong. Tapi agaknya dia tahu itu.

“nang, tadi ada paket buat elo. Gue taruh di depan kamar lo,” teriaknya sambil langsung berlalu (kamarnya ada di lt 2).
“huh? Uh, oke. Thanx bro!”

Paket? Dari sapa ya? Prasaan blakangan ini gw gak mesen apa2 tuh lewat internet. Menang undian rasanya juga kagak. Ah, kalo gitu, kemungkinannya cuma satu. Dan benar sekali sodara2, tuh paket yang ngirim orang rumah.

Ketika gw buka, isinya seprei dan CD. Hehehe. Sepertinya sejak tiga minggu lalu “meninjau” langsung kamar kos gw, nyokap prihatin ngelihat seprei kasur gw yang nyaris gak pernah ganti. Hihihi.

Ah, how sweet isn’t she? Thx mom, luv u 2.

Ohya, doi juga nyelipin kertas yang isinya berbagai petuah-petuah yang udah gw hapal banget. Mulai jangan jorok-jorok, barang-barangnya kudu dititeni, dst-dst. Heuhehue.

As for CD’s a.k.a Celdam, terus terang gw seneng bang-get. Masalahnya, pembantu yang biasanya nyuci baju di kos lagi sakit. Katanya sih sinus, dan butuh operasi gituh. Jadinya, selama hampir seminggu baju-baju kotor gw numpuk. Bahkan, gw sampe lupa udah berapa lama celana jins yg gw pake terakhir diturinin. Huhuhu.

Sebagai bentuk pertanggungjawabannya, pembantu gw tadi menyuruh sodara dan tetangganya yang masih ABG untuk membantu mencuci. Tapi ya gitu, si ABG2 ini Cuma ngambilin beberapa pasang pakaian kotor aja untuk dicuci tiap harinya. Alhasil, gw harus berhemat klo gak mau kerja telanjang!

Soal CD, kadang gw juga menerapkan sistem pake Side A-Side B. ehm, meski agak jorok.

Tapi Yang parah kemarin. Redaktur gw nelpon mlulu karena naskah blum disetor. Gw mandi dengan panik dan langsung Nyari-nyari CD. AHHH, ternyata abis! Bwah. Mo make Side B, ternyata CD yg kemarin gw pake udah gw buang ke tumpukan pakaian kotor. Damn.

Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, gw Cuma pake boxer aja, no CD. Langsung cabut ke kantor. Heuhuehue. Tapi enak juga lho. Isis dan semriwing. Hihihi.

Ehm. Sori. Lanjut, masih soal CD. Ternyata CD dari nyokap gw ini belum diberi nama. Euh, did I mention that all my CD’s have a name? heuhuehu. Yep, that’s right fellas. Meski kelihatan sepele, ini sebenarnya masalah yang super duper krusial. Demi mencegah TERTUKARNYA CD (hueeekk!! Gmana rasanya pake CD orang, meski udah dicuci) dengan penghuni kos yang lain, maka gw pun memeberi kode DAN di setiap CD gw.

Nah, ngelihat CD-CD kiriman nyokap yg masih “polos” itu, hasrat gw pun bergejolak. Tapi, kali ini bukan inisial DAN yg gw tulis. When Harry Meet Sally…menginspirasi gw untuk memberi nama CD dengan nama hari. Hihihi. Lucu juga. Ada senen, selasa, sampe sabtu.

Dan saat itu juga, gw mendapat ide cemerlang. Kenapa nggak menamai CD-CD gw dengan nama CEWEK!?? Kan keren tuh. Nantinya gw akan bisa bilang seperti ini :

“ehm, hari ini gw mau make RIYANTI ah!”
atau
“duh, si MARIANA mana yah? Padahal gw paling demen pake dia karena masih ketat banget,”
atau
“gw gak suka ah pake MINCE, baru di pake sekali udah bikin selip,”

hehehe. Gimana? sounds cool huh?

Tuesday, August 30, 2005

stanley kubrick's

Pertama kali nonton film besutannya, Eyed Wide Shut (1999). Bintangnya Nicole Kidman dan Tom Cruise. Itu pun gw gak tau klo tuh film ternyata hasil besutan tangan dingin Kubrick. Taunya, ini film gila banget. Ceritanya aneh, endingnya ngambang. Tentang orgy party gitulooh.

Film kedua yg gw tonton, A Clockwork Orange (1971). Bah, ni film yang bener2 gila. Gw taunya dr satu majalah, Popular Mechanics. Jadi majalah itu nulis profil Steven Spielberg. Dan ketika ditanya 10 film fave-nya Spielberg, doi menyebut salah satu adalah Clockwork Orange. Dan, suatu saat secara gak sengaja gw nemu DVD bajakan Clockwork Orange di persewaan.

Sejak itu, gw jd ketagihan pilemnya Kubricks. Belum lama ini, gw dipinjemin Full Metal Jacket (1987) yang gak kalah sinting. Terus, waktu blanja DVD di Glodok (gw punya cerita lucu tentang ini, cm lg males nulisnya) gw beli juga Barry Lyndon (1975). Tapi belum sempet ketonton. Karena kadang untuk bisa nonton filmnya Kubricks tuh butuh mood khusus.

Kayak kemaren, gw nonton 2001: A Space Odyssey. Ngeliat kovernya, gw pikir ini film yang gampang dicerna gitu. Abis gambarnya pesawat luar angkasa. Logikanya, seberapa pelik sih film-film kayak gitu? Seberapa susah dipahami sih? Ya kan?

Ternyata, begitu nonton, rasanya pengin nangis. Anjrit, susah banget dicerna.

Mungkin karena gw nonton tanpa mood yg tepat. Maksudnya, pengin cepet selse, pengen cepet ganti bokep. Hehe. Padahal, tuh film alurnya lambat banget. Maksud gw bener2 lambaat. Did I’ve said, lambaaat???

ARRGGGGHH, karena capek, stress, dan gak sabaran. Belum juga nyampe ending, gw dengan kalapnya langsung mengganti tuh film dengan bokep. Dan, masih belum juga nyantol di otak, apa maksud tuh film. Hihihi.

Ternyata, tuh film dibikin tahun 1968 lho. Gila juga ya imajinasi si Kubrick. Bisa memvisualisasikan teknologi yang demikian canggih. Mulai spaceshipnya, sampe desain2nya, sampe efeknya.

Buset dah. Gara2 spesial efek itu, anggaran USD 6 juta jadi membengkak sampai USD 10 juta lebih. Bajigur! Melihat film yang non-komersil kayak gitu, Kubrick bener2 gilah ya.

Katanya :
“If 2001 has stirred your emotions, your subconscious, your mythological yearnings, then it has succeeded.”

Aduh pak. Boro-boro nyentuh emosi, orang critanya aja gw kagak paham. Hehehe. Kayaknya perlu ditonton ulang, dengan mood yg tepat tentunya. Ehm.

Ohya, desain blog gw skarang ini masih pengin gw ganti lagi. Masih jelek ya keliatannya?

Tuesday, August 09, 2005

mp3 player terkecil




At only 1 inch in size, the mobiBLU Cube is the world's smallest, full-featured digital audio player. The brilliant OLED display lets you easily see track names, settings and battery status and features a multi-function headphone jack for USB 2.0 connectivity. Plays 10 hours (1 GB) of crystal-clear music on a full charge.

Monday, August 08, 2005

A Place Called Heaven

Semalem ada film The Beach di RCTI. Like I said, gw sebenernya nggak pernah nonton tipi. Karena kebetulan remote-nya kepencet aja. Well, film itu udah pernah gw tonton waktu SMA dulu. Tapi, nggak ada sedikit pun memori yg bisa menggambarkannya. Because, I don’t get it. Gw gak paham! wekekeke.

Dan kemaren, meski nggak ngeliat dari awal, gw langsung menjudge kalo, yeah this is a great movie. Bagus banget! This kind of movie yg bisa ngebikin gw turn on, well, in a positive way of course.

Film yg diadaptasi dari buku Alex Garland ini nyeritain pencarian manusia terhadap suatu secret spot, yang disebut “surga”. Ini adalah sebuah kritikan terhadap kehidupan manusia modern yang begitu terikat dengan rutinitas, uang, serta teknologi.

Berbekal sebuah peta, sampailah Richard (Leo DiCaprio) ke pantai itu. Pantai yg begitu cantik, terisolasi, terpencil, serta penuh dengan ladang ganja. Yeah, great dope is come from Thailand. Itu kata temen satu kost gw yg dari Medan. ”Selinting aja loe udah klenger!” kata dia. Superb lah.

Well eniwei, disitu udah ada seklompok orang yg terlebih dulu dateng. Ngebentuk sebuah tribe, persis acara reality show Survivor. Singkat cerita, bergabunglah Richard dkk disana.

Surga, yg dimaksud disini adalah kembali ke kehidupan primitif. Bebas melakukan apapun. Loe nggak perlu kerja nyari duit, nggak perlu bingung bayar apartemen, nggak perlu terikat rutinitas.

Jadi kerjaannya tiap hari tidur2, main voli pantai, berenang, nongkrong di pinggir pantai, bercinta, dan tentu saja nyimeng sampe mampus. Hehehe. Sounds fun huh? Itu bener2 divisualisasikan dengna sempurna oleh sutradara Danny Boyle.



Ehm, lanjut. Eniwei, film nggak akan nendang without good conflict right? Dari adegan2 awal yg begitu membahagian, mulailah emosi penonton dimainkan dengan rajutan konflik yang mengalir.

Mulai dari kopian peta yang mendatangkan turis2 yg juga ingin mencari the beach (hello? Suppose you’ve found heaven, of course you want to keep it for yourself wouldn’t you?), konflik dengan petani ganja (ya iyalah, mereka nggak mau ladang ganja mereka ketauan!), serta konflik batin yg dialami Richard sendiri (is not surprise, berada di tempat terisolasi plus dikucilkan dengan anggota suku lain bisa ngebuat orang jadi gila!).


Dan yang ada selanjutnya “surga” ini turn out menjadi sangat kejam. Bayangan, demi menjaga kerahasiaan, serta tidak-ingin-merusak-kesenangan-yang-ada-disurga, sederet pengorbanan malah dilakukan.

Misal, karena nggak tahan ngedenger rintihan salah satu anggota suku yg kakinya infeksi lantaran digigit hiu saat mencari ikan, anggota suku yg lain bukannya ikut menolong, tapi malah sepakat untuk “mengucilkannya” ke tengah hutan. Damn.



“To me it was clear, the more contact we had with the outside world, the more we would be corrupted, the sooner we would be discovered. The only way to survive was to cut ourselves free”

Ia juga berujar dalam narasinya, “setelah kejadian itu, kehidupan kami memang kembali normal dan menyenangkan. Tapi, bukan berarti kami bisa melupakan,”. Fiuh, so much for a heaven huh?

Dan pada akhirnya, para petani yang semakin terganggu dengan turis2 yg mulai berdatangan mendatangi suku, dan menyuruh mereka pergi. In the end, Richard pun kembali lagi ke kehidupan asalnya, kehidupan modern.

Dan, di akhir narasi ia mengatakan, kalau “surga” yang ia cari itu justru berada sangat dekat dengannya. Tepat ketika ia membuka inbox imelnya, berisi pesan dari bonyoknya, “where are you?”.

Film ini menunjukkan bagaimana manusia yg ngerasa sumpek dengan hidupnya, atau at least kehidupan modern saat ini, hingga berusaha menciptakan “surga”-nya sendiri. Tapi begitulah, apapun yg dibuat manusia, pasti vurnerable alias nggak akan abadi.



Disisi lain gw jadi mikir, di kehidupan modern seperti skarang, seakan apa yg harus kita lakukan sudah di plot sedemikian mungkin. Dari kecil, kita harus belajar biar pinter. Abis kuliah, cepet2 cari kerja. Dan demi mendapat uang itu, kita harus menjalani rutinitas yang samaaa setiap harinya. Pagi berangkat, lunch, sore pulang, malem tidur, pagi brangkat lagi. Persis robot.

Jadi kapan kita punya waktu untuk diri kita sendiri?

Balada homtiter

Hoi hoi, blog gw masuk koran lho. Huehue. Beli dong Seputar Indonesia hari ini (6 Agustus). Temanya emang tentang blog gitu deh. Knapa kok blog gw? Yah bukannya mo pamer, itu malah gak sengaja.

Abis, udah deadline, sementara foto A-nya belum ada. Soalnya fotografer gw si Tobo udah sibuk dengan orderan redaktur hal lain. Settingan awalnya, mo ngejar ce SMA yg lagi ngeblog di warnet gituh. Tapi nggak keburu.

Akhirnya, Tobo punya ide bikin ilus. Konsepnya, kontras. Jadi ada orang yg lagi ngeblog, n disebelahnya ada buku diary gitu. Trus, gw kebingungan gitu, blog apa yg mo ditampilin ya? Gw gak bisa mikir soalnya rada panik.

Nah si Tobo mintanya, ”pokokna yang ada tulisan BLOG-nya gede ya!”. Duh! Gw makin bingung. Iseng gw buka blog gw, maksudnya nyari2 link. Eh si Tobo malah minta blog gw yg di poto. Ya wis lah. Hehehe.

Eniwei, awal bulan adalah saat-saat paling membahagiakan. Coz tanggal muda equals to gajian equals to BELANJA! Wekeke.

Udah hampir dua bulan ini gw gak blanja. Sepele sih alasannya. Kulkas di kosan gw rusak. Fyi, tuh kulkas ditaruh diruang tengah, dipake rame2. kayaknya freonnya rusak, dan bu kos kayaknya cuek bebek.

Biasanya sih blanjaan gw model2 makanan cepat saji kayak nugget ato chicken wings gituh. Gak mungkin dong disimpen dilemari, gak sampe seminggu aja udah busuk.

Karena itu gw minta dikirimin kulkas kecil dari rumah. Dan kotak warna ijo muda itu barusan datang kemaren. Dengan hati berbunga-bunga dan wajah ceria, gw pun buru-buru pulang cepet untuk langsung mampir ke karepur Permata Hijau.

Maka, blanjalah gw dengan penuh kenistaan. Karena ada kulkas, it means gw bisa menikmati minuman dingin kalengan. Hell yeah. First destination, counter minuman.

Coca cola 1.5 liter
Pocari sweat 4 kaleng
1 Carlsberg botol gede
1 Heineken botol gede
beer bintang 6 kaleng

awalnya gw udah gatel aja untuk ngebeli 1 botol Jack D yang melambai-lambai manis. Tapi ngeliat harganya yang mencapai $40, gw Cuma bisa memandanginya dengan mupeng. Hiks.

Berikutnya, lanjut ke konter makanan
Nescafe 3 in 1 (teman bergadang)
Sebungkus Sosro teh celup
Mie goreng 20 bungkus (ini hukumnya wajib bagi anak kost)
Fiesta chicken wings 2 bungkus (ini mah paporit gw, meski rada mahal)
Jus berry n selai strawberry (ngbuat pancake, bahasa inggrisnya panekuk, yum)
Pringles cheezums 2 kaleng (all time favorite, teman sempurna nonton DVD)
Blue band
Filma minyak goreng
Buah strawberry (uh, gw suka gak kuat ngeliat warnanya yang merah dan menggiurkan,sluuurp)
Dst2

Tujuan slanjutnya, counter elektronik. Karena gw yg suka banget dengan gadget n alat2 elektronik gitu, jadinya counter elektronik adalah tempat yang wajib dikunjungi klo lagi jalan-jalan. Entah ke mal, ato kemana aja lah.

Eniwei, mata gw langsung tertancap pada DVD merek Kaiser yg lagi promo. Terlepas dari namanya yang super aneh (what kind of name is Kaiser?) dan bonus 2 stik untuk main game (ya kita bisa main Nintendo disitu, buset dah) harganya gak tanggung2 bo, cuma $33.

Tapi bukan itu yg sbenernya bikin gw tertarik. Tapi fungsinya yg support 5.1 channel itu. Kok? Ehm, critanya, bbrapa hari lalu gw baru aja beli home theatre untuk kenikmatan nonton DVD. Harganya sekitar $110, udah bonus vertical stand-nya. Lumayan murah kan? Mereknya nggak kalah keren, Cristal. Huahuhau.

Sampe di kost, dengan wajah ceria layaknya anak kecil yg dapet mainan baru, gw pun mulai menginstal tuh home theatre ke TV dan DVD. Buset, kabelnya banyak banget, gw sampe bingung ngaturnya.

But there’s something wrong. Ada dua kabel RCA yg nggak ada colokannya di DVD Samsung gw! I mean, jack di bagian belakang DVD kurang! What the….??? Pas di stel, emang jalan sih. Tapi suaranya nggak muter.

Maksudnya muter gini, misalkan ada suara mobil balapan. Maka soundnya akan keluar dari speaker yg paling kiri, ke tengah, terus ke kanan. Itulah fungsinya 5.1 channel. Waktu gw tanyain itu ke temen gw, dia bilang, “bego lu! Itu berarti DVD lu gak support 5.1 channel!”.

Nah, karena itulah gw akhirnya memutuskan untuk ngebeli DVD baru. Ini jeleknya gw. Gw ini tipe perfeksionist, n bisa nekat ngelakukan apapun untuk ngewujudkan keinginan gw.

Singkat crita, begitu tuh DVD gw beli, langsung diinstal dirumah. Tapi, lagi-lagi soundnya masih belum muter! Njrit. Makin putus asa lah gw. Gw cek kabelnya, cek setting-an-nya, cek menu DVD-nya. Arrgh. Semua udah bener!
Karena bingung dan gondok, gw biarkanlah tuh DVD player menganggur selama beberapa hari. Hingga, kemarin temen gw dateng ke kost. Iseng2 dia pasang DVD Saw, yg belum gw tonton (serem bo nonton sendirian). Dan ternyata, SOUNDNYA MUTER!!! Hohoho. Gw langsung tereak kegirangan.

Ternyata semuanya udah bener, Cuma kaset DVD yg gw pasang selama ini yang nggak support DTS. OALAAAHHH!!!

Monday, August 01, 2005

Horor Vertical Horizon

SMS masuk.
from : bOBy
“nang, dulu film apa yang serem n bikin kmu takut?”

huh? film? takut? serem? apa ya? Euh, oh ya gw baru inget. waktu smp dulu gw pernah nonton film horror judulnya Event Horizon. Entah karena gw waktu itu masih kecil jadi penakut, ato emang aslinya serem, tapi yang jelas film itu gw inget bener sampe skarang. Dan gw sering certain tuh film ke anak2. Mereka pun mendengarkan cerita gw dengan khusyuk sampai2 ter-brainstroming. Huehue.

Gw bales.
“oo..event horizon tah? Kenapa emang?”

SMS balasan.
“oh ok. Ak penasaran pengin nyewa, ingetku vertical horizon. Lha kok yang tak sewa isinya live band.”

Gw: …….

Kadang gw bingung punya temen pin-pin-bo alias pintar pintar bodoh. Huhu.

Enihow, ngomongin soal vertical horizon. Tuh film temanya sih horror sci-fi gituh. Ceritanya ada space ship berteknologi supercanggih, mirip warp di Star Trek. Jadi tuh pesawat bisa melesat melebihi kecepatan cahaya. Sehingga misalkan dari Surabaya mo menuju Jakarta, nggak perlu lewat kota2 seperti Jogja, Bandung, dst. Berkat teknologi warp, dia bisa langsung nyampe di Jakarta dalam hitungan detik.

Belum paham? Gini deh. Ambil kertas berbentuk persegi panjang. Tarik garis tepat ditengah2nya, sehingga menjadi dua bagian. Beri titik tepat ditengah2 masing-masing bagian persegi panjang itu.

Ibaratkan titik A Surabaya. Dan titik B Jakarta. Dari A ke B, tentu ada jarak kan?

Sekarang coba lipat kertas tadi jadi satu, sehingga titik A dan B saling bertemu. Kira-kira begitulah teknologi warp. Get it?

Balik ke Event Horizon. Ketika diuji cobakan, ternyata tuh pesawat—sebut saja pesawat X karena gw lupa namanya-- malah menghilang entah kemana. Para peneliti pun kalang kabut. Pencarian dilakukan. Hasilnya nihil. Setelah bertahun-tahun tanpa hasil, akhirnya pesawat X dianggap musnah.

Sampai akhirnya, sekitar 100 tahun kemudian, sebuah pesawat patroli luar angkasa menemukan tuh pesawat X tengah “terdampar” disekitar orbit sebuah planet. Tidak ada tanda2 kehidupan.

Misi penelitian pun dilakukan. Kru pesawat patroli berusaha mencari sebab menghilangnya pesawat X. Serta mencari jawaban kemana tuh pesawat selama ini? Ya, tipikal film Amrik lah. Keingintahuan mengalahkan rasa takut.

Rekaman terakhir yang mereka dapat sungguh sadis dan mengerikan. Kru pesawat X seakan menjadi gila. Ato dirasuki sesuatu. Mereka saling gorok, saling bunuh, dan melakukan kanibalisme.

Disitulah teror mulai bergulir. Serunya, yang mereka hadapi bukanlah alien ato monster. Tapi justru konflik psikologis yang dialami para kru. Masing-masing kru seolah dihadapkan pada hal yang paling mereka takuti dalam hidupnya.

Dan, satu demi satu kru pesawat patroli pun terbunuh dengan cara yang sangat sadis dan mengenaskan. Lambat laun, misteri demi misteri pun mulai terungkap. Ternyata, pesawat tersebut hidup. Ia mempunyai suatu alat kendali yang bisa berpikir, menyerupai otak pada manusia.

Mau tau kemana pesawat tersebut menghilang selama bertahun2? Ternyata teknologi warp membawa mereka ke NERAKA. Damn.

Ya, karena gw orang islam, gw percaya banget neraka itu nyata adanya. Senyata planet Jupiter, Mars, atau galaksi bima sakti. Di lapis langit keberapa gw lupa. So, can u imagine that? Quite freaky isn’t it? Huehue.

Sunday, July 24, 2005

pheew

yup, gw masih di surabaya. njrit, beberapa hari ini capek bukan main. crazy as hell. rumah gw rame buanget. mo tidur aja sampe bingung. tapi gpp, seru. kawinannya mbakku berjalan dengan sukses. kemaren ruma rame bukan kepalang, tapi begitu sodara2 dah pulang rasanya sepi abis. phew.

oya, habis resepsi, gw ma sodara2 sempet bikin after party. wakaka. gak nyangka gw klo punya sodara pada gila semua. huahuaha. critanya, kita ke homeball buat bilyar. karena deketan ma supermarket Vida, akhirnya kita putusin urunan buat beli Jack D.

sambil bilyar, pesen 1 picer cola. diminum setengahnya, trus campur pak jack d. terus udah lumayan tengeng. akhirnya dilanjut ke colors. pesen pletok 2 picer. dan, makin gila2an. wakakaka. untung gak ada yang jackpot.

well, eniwei thanks jg buat temen2 yg udah dateng. yg gak sempat dtng, MONYET LU! hehe, gak lah. sudah kumaafkan kok. im sure they have their own reason. buat gallerynya, mo ngupdate kok muales buanget. masih capek. gw pengin muter2 di surabaya tercinta dulu.

enjoy life
cheers

Sunday, July 17, 2005

hei hei

sori lama gak posting. banyak cerita baru, tapi gw males nulisnya. wakaka. eniwei, check out my gallery disamping ya, banyak gambar2 baru lho.

cheers

Monday, July 11, 2005

Soe Hok Gie

tadi barusan nonton previewnya di Planet Hollywood. liat aja previewnya. untuk komentarnya, sabar ya.. hehehe. lagi deadline nih soalnya.


sinopsis

Film ini diangkat dari kisah hidup Soe Hok Gie, pemuda keturunan Cina, yang juga dikenal sebagai aktivis dan penulis yang kritis pada dekade 1960-an. Sejak kecil Gie – panggilannya, memiliki sikap hidup yang berbeda dengan orang kebanyakan. Tidak saja jujur, lurus, tapi juga berani dalam bersikap.

Sikapnya yang seperti itu membuatnya sulit diterima lingkungannya. Menjelang dewasa pergulatan Gie lebih rumit lagi. Di kampus, yang semestinya steril dari imbas pergulatan politik negara ternyata menjadi ajang trik dan intrik politik partai yang ada. Saat negara genting akibat krisis pasca G30S, dia aktif dalam pergerakan menjatuhkan rezim Orde Lama.

Namun yang terjadi kemudian rezim baru muncul. Waktu berlalu. Ketika orang-orang di sekitarnya mulai menyesuaikan diri dengan rezim yang baru, dia tetap menjadi manusia yang merdeka. Tulisannya di surat kabar menyerang semua yang dianggapnya keliru. Dampaknya, pelan-pelan orang meninggalkannya, termasuk teman-temannya, perempuan yang dicintainya. Hanya alam yang bisa menerima dan mencintainya apa adanya.


buku



cinta


perjuangan


gunung



Judul Film : Gie
Aspek Rasio : 1 : 1,85
Durasi : 147 menit
Rilis di bioskop : 14 Juli 2005
Production company : Miles Films bekerjasama dengan Sinemart Pictures
Website Film : http://www.milesfilms.com/gie


Daftar Pemain

Soe Hok Gie : Nicholas Saputra
Soe Hok Gie remaja : Jonathan Mulia
Tan Tjin Han : Thomas Nawilis
Tan Tjin Han remaja : Christian Audi
Ira : Sita Nursanti RSD
Sinta : Wulan Guritno
Herman Lantang : Lukman Sardi
Denny Mamoto : Indra Birowo
Aristides Katoppo : Surya Saputra
Jaka : Doni Alamsyah

Sutradara : Riri Riza
Penulis skenario : Riri Riza
Produser : Mira Lesmana
Produser Eksekutif : Leo Sutanto
Harjanto Halim
Jojo Policar

Info Lain-lain

Riset dan
Pengembangan Skenario : Februari 2002 – April 2004
Pre-Produksi : Oktober 2003 – Mei 2004
Produksi (shooting) : Mulai 26 Mei 2004,Selesai 4 September 2004
Lokasi Shooting : Semarang, Jakarta, Yogyakarta, kaki Merapi,
Taman Nasional Gede-Pangrango