Tuesday, August 09, 2005

mp3 player terkecil




At only 1 inch in size, the mobiBLU Cube is the world's smallest, full-featured digital audio player. The brilliant OLED display lets you easily see track names, settings and battery status and features a multi-function headphone jack for USB 2.0 connectivity. Plays 10 hours (1 GB) of crystal-clear music on a full charge.

Monday, August 08, 2005

A Place Called Heaven

Semalem ada film The Beach di RCTI. Like I said, gw sebenernya nggak pernah nonton tipi. Karena kebetulan remote-nya kepencet aja. Well, film itu udah pernah gw tonton waktu SMA dulu. Tapi, nggak ada sedikit pun memori yg bisa menggambarkannya. Because, I don’t get it. Gw gak paham! wekekeke.

Dan kemaren, meski nggak ngeliat dari awal, gw langsung menjudge kalo, yeah this is a great movie. Bagus banget! This kind of movie yg bisa ngebikin gw turn on, well, in a positive way of course.

Film yg diadaptasi dari buku Alex Garland ini nyeritain pencarian manusia terhadap suatu secret spot, yang disebut “surga”. Ini adalah sebuah kritikan terhadap kehidupan manusia modern yang begitu terikat dengan rutinitas, uang, serta teknologi.

Berbekal sebuah peta, sampailah Richard (Leo DiCaprio) ke pantai itu. Pantai yg begitu cantik, terisolasi, terpencil, serta penuh dengan ladang ganja. Yeah, great dope is come from Thailand. Itu kata temen satu kost gw yg dari Medan. ”Selinting aja loe udah klenger!” kata dia. Superb lah.

Well eniwei, disitu udah ada seklompok orang yg terlebih dulu dateng. Ngebentuk sebuah tribe, persis acara reality show Survivor. Singkat cerita, bergabunglah Richard dkk disana.

Surga, yg dimaksud disini adalah kembali ke kehidupan primitif. Bebas melakukan apapun. Loe nggak perlu kerja nyari duit, nggak perlu bingung bayar apartemen, nggak perlu terikat rutinitas.

Jadi kerjaannya tiap hari tidur2, main voli pantai, berenang, nongkrong di pinggir pantai, bercinta, dan tentu saja nyimeng sampe mampus. Hehehe. Sounds fun huh? Itu bener2 divisualisasikan dengna sempurna oleh sutradara Danny Boyle.



Ehm, lanjut. Eniwei, film nggak akan nendang without good conflict right? Dari adegan2 awal yg begitu membahagian, mulailah emosi penonton dimainkan dengan rajutan konflik yang mengalir.

Mulai dari kopian peta yang mendatangkan turis2 yg juga ingin mencari the beach (hello? Suppose you’ve found heaven, of course you want to keep it for yourself wouldn’t you?), konflik dengan petani ganja (ya iyalah, mereka nggak mau ladang ganja mereka ketauan!), serta konflik batin yg dialami Richard sendiri (is not surprise, berada di tempat terisolasi plus dikucilkan dengan anggota suku lain bisa ngebuat orang jadi gila!).


Dan yang ada selanjutnya “surga” ini turn out menjadi sangat kejam. Bayangan, demi menjaga kerahasiaan, serta tidak-ingin-merusak-kesenangan-yang-ada-disurga, sederet pengorbanan malah dilakukan.

Misal, karena nggak tahan ngedenger rintihan salah satu anggota suku yg kakinya infeksi lantaran digigit hiu saat mencari ikan, anggota suku yg lain bukannya ikut menolong, tapi malah sepakat untuk “mengucilkannya” ke tengah hutan. Damn.



“To me it was clear, the more contact we had with the outside world, the more we would be corrupted, the sooner we would be discovered. The only way to survive was to cut ourselves free”

Ia juga berujar dalam narasinya, “setelah kejadian itu, kehidupan kami memang kembali normal dan menyenangkan. Tapi, bukan berarti kami bisa melupakan,”. Fiuh, so much for a heaven huh?

Dan pada akhirnya, para petani yang semakin terganggu dengan turis2 yg mulai berdatangan mendatangi suku, dan menyuruh mereka pergi. In the end, Richard pun kembali lagi ke kehidupan asalnya, kehidupan modern.

Dan, di akhir narasi ia mengatakan, kalau “surga” yang ia cari itu justru berada sangat dekat dengannya. Tepat ketika ia membuka inbox imelnya, berisi pesan dari bonyoknya, “where are you?”.

Film ini menunjukkan bagaimana manusia yg ngerasa sumpek dengan hidupnya, atau at least kehidupan modern saat ini, hingga berusaha menciptakan “surga”-nya sendiri. Tapi begitulah, apapun yg dibuat manusia, pasti vurnerable alias nggak akan abadi.



Disisi lain gw jadi mikir, di kehidupan modern seperti skarang, seakan apa yg harus kita lakukan sudah di plot sedemikian mungkin. Dari kecil, kita harus belajar biar pinter. Abis kuliah, cepet2 cari kerja. Dan demi mendapat uang itu, kita harus menjalani rutinitas yang samaaa setiap harinya. Pagi berangkat, lunch, sore pulang, malem tidur, pagi brangkat lagi. Persis robot.

Jadi kapan kita punya waktu untuk diri kita sendiri?

Balada homtiter

Hoi hoi, blog gw masuk koran lho. Huehue. Beli dong Seputar Indonesia hari ini (6 Agustus). Temanya emang tentang blog gitu deh. Knapa kok blog gw? Yah bukannya mo pamer, itu malah gak sengaja.

Abis, udah deadline, sementara foto A-nya belum ada. Soalnya fotografer gw si Tobo udah sibuk dengan orderan redaktur hal lain. Settingan awalnya, mo ngejar ce SMA yg lagi ngeblog di warnet gituh. Tapi nggak keburu.

Akhirnya, Tobo punya ide bikin ilus. Konsepnya, kontras. Jadi ada orang yg lagi ngeblog, n disebelahnya ada buku diary gitu. Trus, gw kebingungan gitu, blog apa yg mo ditampilin ya? Gw gak bisa mikir soalnya rada panik.

Nah si Tobo mintanya, ”pokokna yang ada tulisan BLOG-nya gede ya!”. Duh! Gw makin bingung. Iseng gw buka blog gw, maksudnya nyari2 link. Eh si Tobo malah minta blog gw yg di poto. Ya wis lah. Hehehe.

Eniwei, awal bulan adalah saat-saat paling membahagiakan. Coz tanggal muda equals to gajian equals to BELANJA! Wekeke.

Udah hampir dua bulan ini gw gak blanja. Sepele sih alasannya. Kulkas di kosan gw rusak. Fyi, tuh kulkas ditaruh diruang tengah, dipake rame2. kayaknya freonnya rusak, dan bu kos kayaknya cuek bebek.

Biasanya sih blanjaan gw model2 makanan cepat saji kayak nugget ato chicken wings gituh. Gak mungkin dong disimpen dilemari, gak sampe seminggu aja udah busuk.

Karena itu gw minta dikirimin kulkas kecil dari rumah. Dan kotak warna ijo muda itu barusan datang kemaren. Dengan hati berbunga-bunga dan wajah ceria, gw pun buru-buru pulang cepet untuk langsung mampir ke karepur Permata Hijau.

Maka, blanjalah gw dengan penuh kenistaan. Karena ada kulkas, it means gw bisa menikmati minuman dingin kalengan. Hell yeah. First destination, counter minuman.

Coca cola 1.5 liter
Pocari sweat 4 kaleng
1 Carlsberg botol gede
1 Heineken botol gede
beer bintang 6 kaleng

awalnya gw udah gatel aja untuk ngebeli 1 botol Jack D yang melambai-lambai manis. Tapi ngeliat harganya yang mencapai $40, gw Cuma bisa memandanginya dengan mupeng. Hiks.

Berikutnya, lanjut ke konter makanan
Nescafe 3 in 1 (teman bergadang)
Sebungkus Sosro teh celup
Mie goreng 20 bungkus (ini hukumnya wajib bagi anak kost)
Fiesta chicken wings 2 bungkus (ini mah paporit gw, meski rada mahal)
Jus berry n selai strawberry (ngbuat pancake, bahasa inggrisnya panekuk, yum)
Pringles cheezums 2 kaleng (all time favorite, teman sempurna nonton DVD)
Blue band
Filma minyak goreng
Buah strawberry (uh, gw suka gak kuat ngeliat warnanya yang merah dan menggiurkan,sluuurp)
Dst2

Tujuan slanjutnya, counter elektronik. Karena gw yg suka banget dengan gadget n alat2 elektronik gitu, jadinya counter elektronik adalah tempat yang wajib dikunjungi klo lagi jalan-jalan. Entah ke mal, ato kemana aja lah.

Eniwei, mata gw langsung tertancap pada DVD merek Kaiser yg lagi promo. Terlepas dari namanya yang super aneh (what kind of name is Kaiser?) dan bonus 2 stik untuk main game (ya kita bisa main Nintendo disitu, buset dah) harganya gak tanggung2 bo, cuma $33.

Tapi bukan itu yg sbenernya bikin gw tertarik. Tapi fungsinya yg support 5.1 channel itu. Kok? Ehm, critanya, bbrapa hari lalu gw baru aja beli home theatre untuk kenikmatan nonton DVD. Harganya sekitar $110, udah bonus vertical stand-nya. Lumayan murah kan? Mereknya nggak kalah keren, Cristal. Huahuhau.

Sampe di kost, dengan wajah ceria layaknya anak kecil yg dapet mainan baru, gw pun mulai menginstal tuh home theatre ke TV dan DVD. Buset, kabelnya banyak banget, gw sampe bingung ngaturnya.

But there’s something wrong. Ada dua kabel RCA yg nggak ada colokannya di DVD Samsung gw! I mean, jack di bagian belakang DVD kurang! What the….??? Pas di stel, emang jalan sih. Tapi suaranya nggak muter.

Maksudnya muter gini, misalkan ada suara mobil balapan. Maka soundnya akan keluar dari speaker yg paling kiri, ke tengah, terus ke kanan. Itulah fungsinya 5.1 channel. Waktu gw tanyain itu ke temen gw, dia bilang, “bego lu! Itu berarti DVD lu gak support 5.1 channel!”.

Nah, karena itulah gw akhirnya memutuskan untuk ngebeli DVD baru. Ini jeleknya gw. Gw ini tipe perfeksionist, n bisa nekat ngelakukan apapun untuk ngewujudkan keinginan gw.

Singkat crita, begitu tuh DVD gw beli, langsung diinstal dirumah. Tapi, lagi-lagi soundnya masih belum muter! Njrit. Makin putus asa lah gw. Gw cek kabelnya, cek setting-an-nya, cek menu DVD-nya. Arrgh. Semua udah bener!
Karena bingung dan gondok, gw biarkanlah tuh DVD player menganggur selama beberapa hari. Hingga, kemarin temen gw dateng ke kost. Iseng2 dia pasang DVD Saw, yg belum gw tonton (serem bo nonton sendirian). Dan ternyata, SOUNDNYA MUTER!!! Hohoho. Gw langsung tereak kegirangan.

Ternyata semuanya udah bener, Cuma kaset DVD yg gw pasang selama ini yang nggak support DTS. OALAAAHHH!!!