Friday, May 06, 2005

Love Hurts, So?

"Define Love! It’s a suicide"
Billy Corgan, Smashing Pumpkins.


Sudah hampir setahun gw ngejomblo. Tepatnya sekitar 10 bulan lalu. Tapi mengapa gw belum juga berpacaran lagi? Padahal, wajah gw (menurut gw sendiri) cukup ganteng lho. Huhuhu.

Makin dewasa, gw makin terbuka, dan makin melihat banyak peristiwa. Akhirnya, gw menemukan jawabannya... Bukan, gw masih straight kok. Gw masih suka cewek, huehue.

Gw sebenarnya suka mencintai dan dicintai. Well, mungkin itu naluri setiap manusia bukan? Dan seperti manusia pada umumnya (gw nggak menggunakan kata ”normal” karena definisi kata itu sekarang menjadi rancu), gw juga senang punya pasangan sehingga tidak hidup dengan diri gw sendiri.
Misalnya, ada yang nelpon/SMS, ada yang memperhatikan kalau sakit, ada yang diajak nonton, atau mungkin sekedar makan dan ngobrol.

Tapi toh, kenyataannya nggak semanis itu. Ada harga yang harus dibayar oleh sebuah cinta, atau katakanlah relationship. Dan terus terang, gw gak mampu, dan memang malas untuk membayarnya. Karena itu, perjalanan cinta gw selama 10 bulan terakhir ini bisa dibilang nol atau selalu berada di ground zero.

Mengapa? I don’t know, man. Selain gw masih begitu traumatis dengan kata yang berjudul “break-up”. Juga, saat ini gw masih asyik dengan hidup gw sendiri. Gw merasa sebuah hubungan akan merintangi ambisi2 dan rencana2 gw.

Gw malas berkomitmen. Gw males mencoba, trial and error, mengenai cewek pasangan gw nantinya. Gw males berjuang atas nama cinta. Bukankah cinta itu adalah perjuangan? Bagaimana menjaga dan mempertahankan suatu hubungan yang cenderung fluktuatif.

Gw males disakiti lagi. Huhu. Karena, dari dua hubungan serius yang gw jalani, gw sebagai cowok justru menjadi pihak yang “disakiti”. Pihak yang paling sulit untuk melanjutkan hidup. Lifes goes on, memang tak semudah yang diucapkan. Mungkin karena gw orangnya suka berlarut-larut dalam kesedihan.

Toh, kalau memang gw masih belum mampu mencintai seseorang, kenapa juga dipaksakan?

Awalnya gw pun sempat berfantasi mengenai soulmate. Gw menunggu pertemuan dengan gadis yang tepat, disaat yang tepat pula. Seperti Romeo saat bertemu Juliet di Romeo & Juliet. Tapi, gw sadar kalo itu bukan hal baik yang dilakukan.

Coba pikir, apakah pertemuan John Cusack dan Kate Beckinsale dalam Serendipity terjadi dalam kehidupan sehari-hari? Kalo iya pun, kemungkinannya 1 : 1 juta. Dan, gw nggak mau membuang-buang waktu untuk berharap menjadi 1 dalam 1 juta itu. Karena, bagaimanapun juga hidup akan terus berjalan.

Gw tahu, kesedihan hanyalah sebuah state of mind. Gw tahu nggak baik untuk membiarkan diri gw dalam lautan kesedihan. Hidup gw harus terus mencari, dan mencari. Mencari seseorang yang memang layak untuk diperjuangkan.

No comments: