Thursday, January 12, 2006

Balada si Pemalas




Pemalas. Thats my middle name. Gw lebih memilih menamatkan Devil May Cry di kamar, daripada ngebantu bokap ngebenerin pipa kamar mandi yang bocor.

Gw lebih memilih nongkrong bareng temen daripada kudu ngeganti kampas rem mobil yang menipis. Komik Monster Parasit rasanya lebih asyik ditamatkan dari pada ngelihat papa mengutak-atik kompor yang nggak mau nyala.

Dan, akibat dari kemalasan itu baru terasa sekarang. Tepatnya setelah gw kos, dan harus melakukan segala sesuatunya sendiri.

Gw baru menyadari, setiap barang yang kita punya memiliki siklus hidup. Setelah penggunaan dalam waktu tertentu, pada akhirnya akan rusak. Dan, kalau setiap barang rusak diganti dengan baru, tentunya bakal bangkrut.

Karena itu, there is a word-so-called : “memperbaiki”, atau “mengakali”. Paling tidak kedua kata itu bisa menambah siklus hidup barang tadi lebih panjang. Berapa biaya kalo tiap listrik putus kita selalu manggil tukang listrik? Betapa malunya ketika kompor gak nyala ternyata ”cuma” karena selang gas yang kurang terpasang sempurna.

Sangat sepele sebenarnya. Tapi hal yang paling sepele itu justru paling terasa. Karena bersinggungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Ambil contoh, euh, well, uhm, oke-oke. Mungkin sejauh ini gw belum pernah benar-benar memperbaiki atau mengakali sesuatu yang rusak.

Well, mungkin, gw kasih contoh lain yang meski nggak relevan, tapi punya esensi sama. Menanak nasi.

Damn. Dari brojol, sampai segede bagong, gw nggak tahu--atau nggak mau—cara menanak nasi itu gimana. Padahal sebenarnya sangatlah gampang. Beras di cuci 3 kali, masukin rice cooker, tambah air setinggi 1 ruas kelingking. Tunggu ½ jam.

Taddaa...nasi yang hangat plus nikmat siap disantap. Tinggal goreng kornet atau sarden sebagai pelengkap. Apapun lauknya, nasi yang panas sudah menjadi penambah nafsu makan sendiri.

Bayangkan, berapa penghematan yang bisa gw lakukan. Apalagi di Jakarta, dimana satu porsi makan plus minum minimal merogoh kocek tujuh ribu rupiah. Itupun, rasanya sangat buruk. Bah!

Asal tahu saja, makanan di Jakarta sucks! I mean, really-really sucks! Apalagi buat lidah orang Surabaya/Jawa yang menyukai rasa manis. Sangat tersiksa. Kalau mau yang agak enakan, siapkan saja kocek 10-15 ribu. Puah. Is not worthed every peny!

Dari bisa menanak nasi, gw mulai belajar sesuatu lain yang super simple. Misalnya, berapa lama nasi bisa bertahan? apa saja bumbu membuat nasi goreng? Ternyata cuma butuh kecambah, bawang merah-putih, kecap, kacang panjang, garam, dan daging untuk membuat oseng-oseng yang sedap.

Itu baru soal memasak. Soal rumah, atau mesin lain lagi. Ini gw amati langsung waktu gw ke rumah baru kakak gw di Kepala Molek, Kelapa Gading. Ceritanya, setelah menikah dan hamil, mertua membelikan rumah baru. Haha, sebenarnya ini mirip-mirip cerita Aris lah.

Dan, tentu saja, disitulah kemampuan kita sebagai seorang pria dipertanyakan. Hiks. Dan ternyata, sejauh ini kakak ipar gw itu menjalaninya dengan oke. Misalnya, dia tahu berapa banyak semen dan pasir yang dibutuhkan untuk membuat kubah di hal belakang. Dia dengan cekatan menyuruh tukang melakukan ini-itu, menyabut bahan-bahan yang sangat asing di telinga gw.

Melihat itu, gw seakan dihadapkan pada pertanyaan besar, HOW ABOUT ME??!! I know, target gw menikah masih lama. Masih sekitar 3-4 tahun lagi. But, time goes fast. Kalau gw nggak belajar dari sekarang, dijamin gw akan membuat malu calon mertua nanti.

Well, gw jadi teringat kata-kata nyokap ke gw, “wah, mama bener-bener beruntung punya papamu, semuanya jadi lebih mudah,”. Waktu kecil, gw selalu mengidentikkan bokap adalah McGyver, coz he merely can fix anything!

Dari menginstal sendiri pompa air panas, menyemen halaman, memasak tuna, sukiyaki dan shabu-shabu yang super lezat, hingga membuatkanku handmade sirkuit Tamiya! Damn, benar-benar suami idaman. Dan punya ayah super cekatan (super dad *halah) itu nggak gw manfaatkan sebagai seorang anak.

So, sejak seminggu ini, gw mulai berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Dari hal-hal yang paling sederhana saja, seperti membersihkan tempat tidur setelah bangun, merapikan tumpukan DVD, gelas, asbak. Melap motor, hingga membuat sarapan sendiri. Mungkin gw nggak bisa, dan gak mungkin menyamai bokap gw, but setidaknya gw berusaha untuk menjadi manusia mandiri. For my prospective spouse's goodness. Haha.

No comments: