Setelah mudik selama hampir seminggu (ya, seperti koran umum lainnya, jatah libur lebaran Cuma dua hari. Tapi gw “membolos” dua hari, he-he-he) akhirnya gw kembali ke Jakarta.
Kembali ke rutinitas yang sama sebenarnya tak ada salahnya. Apalagi, jalanan Jakarta paska lebaran nggak terlalu macet. Lancar, seperti Surabaya. Hanya saja, rasanya libur selama hampir seminggu itu masih terasa kurang.
Waktu yang supersingkat di Surabaya itu rasanya begitu berharga tiap detiknya. Gw paling suka nyetir sendirian, muter-muter gak jelas, sambil dengerin CD kenceng-kenceng.
Dari muter-muter itu, gw baru sadar, sepeninggal gw (halah) begitu banyak pembangunan ya. Banyak perumahan-perumahan baru, dan malls! Salah satunya Royal Park di dekat rumah gw di Ketintang. Mall ini ada bioskop 21-nya lho. Hohoho. Asyik banget. Kalau mo nonton, tinggal koprol juga nyampek. Huh. Doing so, makes a little part of me didn’t want to go back to Jakarta. Begitu banyak memori indah, yang sulit ditinggalkan.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, dari Surabaya, gw sekeluarga berkumpul di Malang. Dulunya di Batu, ke tempat ortu nyokap. Berhubung Yangkung sudah meninggal, maka pusat kegiatan dialihkan ke Malang.
Bagi gw, lebaran selalu menyenangkan. Tentu saja, gw bisa berkumpul bareng keluarga, keponakan, dan sepupu. Adik-adik sepupu gw yang paling dekat, ada tiga. Erik dan Cha-cha, anak om Ajik, adik nyokap. Sementara Aa dan Adit, anak Tante Mimin, adik nyokap juga yg lebih muda. Nyokap gw yang paling tua di keluarga.
Gw suka senyum-senyum sendiri ngelihat adik-adik gw. Nggak kerasa, sekarang sudah gede-gede. Bahkan, tingginya sudah melampaui kakaknya yang ganteng ini. Hehehe. Ohya, mereka ini punya karakternya sendiri-sendiri yang beda satu sama lain.
Erik, tipikal cowok tajir, suka bergaul, dan dugem. Ya, bisa disebut AGS (Anak Gaul Surabaya) lah. Hehehe. Ini didukung juga sama penampilannya. Selain pinter dandan, ia juga ganteng-tinggi-putih. Pemain basket pula. Kerjaannya gonta-ganti cewek melulu. Dan hampir selalu cakep. Dari model, sampai Ning Surabaya. Shit. Bisa aja nih anak.
Adit, adalah music freaks. Hampir tiap menit doi harus mendengarkan musik. Termasuk senang mengoleksi CD-CD orisinil band Skoinkcore (ska-oi-punk-melodic-hardcore). Koleksinya lumayan juga. Dari Bad Religion, No Use For A Name, Thrice, Keepsake, band-band Jepang macam Do As Infinity dan Asian Kung-Fu Generation lengkap.
Pengetahuan musiknya cukup akurat, dan selalu membuat gw bengong, saat ia menyebut dengan hapal nama-nama personel, lagu, serta lirik band yang nyaris tak pernah gw dengar sebelumnya.
Adiknya, Aa satu angkatan dengan Erik. Kalau Erik kuliah di Ekonomi Unair, Aa lebih memilih jurusan seni untuk kuliahnya. Jurusan, yang mungkin paling tidak diinginkan oleh orang tua kebanyakan. Mereka biasanya prefer anaknya berkuliah di jurusan “normal” seperti Hukum, Ekonomi, Psikologi, Teknik, dst.
Itu yang membuat gw kagum dengan Aa, juga orang tuanya yang begitu demokratis, membebaskan sang anak berkembang sesuai dengan keinginannya. Oh ya, si BMX-er ini kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) di Yogyakarta mengambil jurusan Fotografi.
Hmm, apa secara tidak langsung gw jadi role model buat dia ya? Wekeke. Eh, tapi bisa jadi lho. Konon keluarga gw sebagai yang tertua ini memberikan teladan yang baik *halah. Kakak gw, adalah cewek yang hidupnya lurus-lurus saja. Dari SD sampai SMA, hampir selalu ranking 1. Yah, paling nggak masuk tiga besar lah.
Doi sangat ambisius dan tekun. Terutama soal belajar. Terus terang, gw kagum banget dengan semangatnya. Kalau hasilnya memuaskan, semata karena kerja kerasnya. Doi lulus cumlaude di Teknik Industri ITS, dan sekarang kerja di bagian Asembling di AHM (Astra-Honda Motor), Jakarta. Doi tinggal bareng suaminya, yang kerja di Toyota-Astra Motor.
Gw, punya sifat kebalikan dengan kakak gw. Pemalas. Waktu SMA, paling sering berantem sama bonyok. Dari bolos, ketahuan nyimeng, dugem tiap minggu, sampai minggat dari rumah. Ya, standar kenakalan cowok lah.
Tapi, untungnya gw masih bisa memperingan biaya sekolah dengan selalu masuk negeri. Dari SD, sampai kuliah. Karena itu, bonyok lega banget ketika gw wisuda. Mereka merasa sebagian tanggung jawabnya kepada anak telah selesai. Dan sekarang, mereka sudah menganggap gw sebagai sosok manusia yang “seharusnya” bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Oke, balik ke lebaran. Tahun ini ada tambahan “keluarga baru”. Dia adalah Hery, suami kakak gw yang sekarang hamil dua bulan. Karena udah kawin, otomatis mereka berdua harus membagi waktu mudik. Jelas, supaya keluarga dari dua belah pihak kebagian. Hari pertama lebaran, dihabiskan bareng keluarga gw. Di hari keduanya mereka langsung meluncur ke Blitar. Kebetulan keluarga besar Hery tahun ini menggelar pertemuan.
Hal ini ngebuat gw berpikir, kalo nantinya gw kawin sama cewe Jakarta ato Bandung (ngarep!), gimana mudiknya ya. Pasti ribet banget kalo harus pulang-pergi Surabaya-Jakarta/Bandung. So, in that case kampung halaman calon istri gw nanti harusnya nggak jauh-jauh dari Surabaya kali ya?
Btw, omong-omong tentang rutinitas. Baru dua hari ngantor, orang sekantor dapet “kejutan”. Bukan, gaji kita nggak naik kok. Melainkan ada cewek yang kesurupan! Buset!. Seumur-umur baru kali ini gw ngelihat orang kesurupan. Dan sumpah sodara-sodara, serem banget!
Kesurupannya nggak terjadi di ruang redaksi. Tapi di ruang Markom yang konon katanya emang angker. Dan si jin-entah jin botol ato jin ifrit- jelas nggak pilih-pilih waktu. Karena itu terjadi di siang bolong. Jam dua siang!
Yang kesurupan cewek, rambut panjang ikal, item manis. Waktu gw dateng udah rame banget. Tuh cewek lagi berbaring, sambil dipegangi temen-temennya. Matanya mengatup, cuma doi teriak-teriak nggak jelas sambil ketawa-ketawa kayak orang gila. Teriakannya, yang bikin serem. Kenceng dan melengking. Percis suara kuntilanak ato setan-setan perempuan lainnya yang biasa dilihat di tivi. Shit.
Temen-temen yang lain sudah berusaha baca ayat-ayat Al Quran. Eh, si jin nggak kunjung pergi. Tapi, percaya ato tidak, keknya dia ngerasa lho. Waktu dibaca keras-keras (gw nggak tau itu ayat apa), dia teriak kayak kesakitan ato ketakutan. Eh, abis itu ketawa lagi. Mungkin karena yang ngebacain kurang yakin kali ya.
Terus terang, waktu itu emang nggak ada yang tahu harus ngapain, selain menunggu kyai yang tak kunjung datang. Gw sendiri, Cuma bengong. Mau ngebantu, tapi takut salah. Mau ikutan megangi, ntar malah dikira usaha lagi. Kan repot. Hehehe.
Kata Pak Maman, sopir kantor, tuh cewek pikirannya lagi kosong. Dan doi tergolong manusia yang gampang banget dimasukin jin. ”Soalnya tulang iga-nya ada yang retak,” katanya. Pikiran kosong masih masuk akal, tp gw bingung, apa hubungannya tulang iga retak sama kesurupan. Hmm… yang jelas, no more sleep in the office!
Pak Maman juga bilang, when you get goosebumps, itu berarti ada mahluk halus yang dateng. Shit. Gw pernah, Sabtu-Sabtu tidur kantor sendirian. Sekitar jam 2-3 pagi, I get goosebumps. Entah apa karena gwnya yang penakut, tapi gw merinding stengah mampus. Jadi itu berarti….shit, so scary.
No comments:
Post a Comment